Saya tidak tahu, tiba-tiba foto saya ada di uang seribu, tapi saya sangat bangga.Nias (ANTARA News) - Setelah menempuh jarak 120 km dari Kota Nias atau kurang lebih selama tiga jam dengan jalan berliku khas Sumatera, sampailah di Desa Bawomataluo, Kecamatan Fanamaya, Kabupaten Nias Selatan yang merupakan tempat berasalnya atraksi uang pecahan seribu, lompat batu.
Dahulu, Tafoelenehe (45), mantan pelompat batu, bercerita, antar desa saling berebut kekuasaan, sehingga Raja mengumpulkan anak muda untuk ikut berperang. (Baca: Menatap indahnya Nias dari angkasa)
"Loncat batu itu jadi titik tolak ikut perang, yang bisa melompati batu bisa ikut perang," ujarnya.
Tafoelenehe sendiri mengaku bangga foto dirinya dapat terpampang dalam uang pecahan seribu rupiah keluaran Bank Indonesia tahun 1992.
"Saya tidak tahu, tiba-tiba foto saya ada di uang seribu, tapi saya sangat bangga," katanya.
Menjadi seorang pelompat batu, menurutnya merupakan suatu tradisi trurun temurun, Tafoelenehe mulai berlatih lompat batu sejak usia 6 tahun. (Baca: Batu akik Nias berciri khas motif)
"Orang tua saya dulu pelompat, anak saya sekarang juga pelompat," katanya.
Untuk menjadi seorang pelompat, Tafoelenehe mengatakan seorang anak harus berlatih secara bertahap. Setelah seorang anak dapat melewati batu untuk pertama kalinya, kesuksesan anak tersebut harus dipestakan.
Ayam putih jantan yang dimasak keseluruhan, tanpa dipotong-potong, menjadi syarat dalam pesta ini. Hal ini dimaksudkan agar anak tersebut dapat terbang melayang seperti ayam.
Namun, menurut Tafoelenehe, tidak sembarangan orang dapat menjadi pelompat batu, perlu keberanian dan kepercayaan diri yang tinggi untuk menekuni profesi ini.
Tafoelenehe yang sejak tahun 2005 memutuskan untuk berhenti melompat batu, kini menjadi pelatih lompat batu untuk melestarikan warisan budaya tersebut.
Pria yang sehari-harinya bertani dan berkebun ini telah berhasil mewariskan salah satu budaya Indonesia kepada anaknya sendiri Triswan Putra Nias.
Triswan yang saat ini berkuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta menjadi pelompat batu dalam rangkaian acara pagelaran seni budaya syukuran rakyat Jokowi di Monas, beberapa waktu silam.
Tidak hanya itu, Tafolenehe juga berhasil melatih generasi penerus lompat batu di Nias, salah satunya Imran (25) yang muncul dalam iklan suatu merek minuman berenergi.
(*)
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014