Sikap masyarakat terhadap perkembangan bioteknologi sangat penting dalam menentukan apakah perkembangan teknologi dapat diterapkan atau tidak,"Jakarta (ANTARA News) - Kesuksesan penerapan bioteknologi dalam pertanian seperti tanaman hasil rekayasa genetik di Indonesia ditentukan oleh sikap konsumen, kata Ketua Konsorsium Bioteknologi Indonesia (KBI) Misri Gozan di Depok, Jabar, Rabu.
"Sikap masyarakat terhadap perkembangan bioteknologi sangat penting dalam menentukan apakah perkembangan teknologi dapat diterapkan atau tidak," ujar Guru Besar Universitas Indonesia itu.
Misri memberi contoh kasus tentang wacana membangun tempat pembuangan sampah di kawasan Bojong dengan teknologi terbaik yang gagal dilaksanakan karena publik menolaknya mentah-mentah.
"Masyarakat sudah punya persepsi buruk, padahal mereka belum tahu apakah teknologinya memang seperti persepsi mereka," kata dia.
Maka, dia berpendapat masyarakat harus diberi pemahaman tentang bioteknologi agar tidak ada ketakutan tidak wajar yang didasari oleh ketidaktahuan.
Asia Coordinator & Biosafety Advisor Program for Biosafety Systems Jeff Stein mengemukakan beberapa klaim yang beredar di masyarakat tentang tanaman pangan rekayasa genetik, seperti merusak lingkungan, berdampak buruk pada kesehatan dan menyebabkan alergi serta memicu autisme.
"Studi selama dua puluh tahun terakhir menyatakan tidak ada satu pun bukti ilmiah dari klaim yang ditujukan tanaman pangan rekayasa genetik," kata dia.
Dia menjelaskan setiap tanaman pangan rekayasa genetik harus melewati proses panjang sebelum lolos uji. Para peneliti harus memastikan bahwa tanaman pangan termodifikasi genetis aman bila dikonsumsi manusia dan tidak berdampak buruk pada lingkungan.
Presiden Masyarakat Bioteknologi Pertanian Indonesia Widodo Hadisaputro mengatakan pemerintah hingga saat ini masih memproses regulasi untuk menerapkan bioteknologi di Indonesia.
Dia berharap proses tersebut dipercepat karena bioteknologi disebut mampu meningkatkan produktivitas pertanian yang membantu misi pemerintah mencapai kedaulatan dan ketahanan pangan.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014