Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pimpinan Pusat Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) yang juga istri Wakil Presiden Jusuf Kalla, Mufidah Jusuf Kalla, mengatakan Indonesia berpotensi menguasai dan menjadi pemain utama perdagangan anggrek di pasar internasional. "Usaha anggrek berpotensi besar untuk berkembang di Indonesia dan di pasar internasional asalkan ada dukungan dari pemerintah," kata Mufidah, di Jakarta, Selasa. Potensi itu karena Indonesia kaya dengan sumberdaya genetik anggrek. Saat ini jumlah spesies alam anggrek dunia mencapai 25.000 spesies yang tersebar di berbagai negara tropis di seluruh belahan dunia. Dari spesies alam tersebut, sebanyak 5.000 spesies tumbuh di Indonesia dengan rincian 1.327 jenis terdapat di Jawa dan selebihnya di Sumatera, Kalimantan, Papua, dan pulau-pulau lainnya. "Dengan kekayaan genetik tersebut, seharusnya Indonesia menjadi pemain utama di perdagangan internasional anggrek," katanya. Namun, kenyataannya industri anggrek nasional masih tertinggal dibandingkan negara tetangga, seperti Thailand, Taiwan, Malaysia, dan Singapura. Menurut dia, daya saing komoditas anggrek di tanah air masih tergolong lemah. Sejumlah faktor yang mempengaruhi di antaranya penerapan sistem produksi yang tidak efisien, tidak adanya jaminan mutu, kontinuitas, dan ketepatan waktu pengiriman, harga produk yang terlalu tinggi dan pemilihan komoditas yang tidak sesuai dengan preferensi pasar. Selain itu, juga karena tingginya biaya pengiriman, belum tersedianya informasi pasar yang akurat, regulasi perdagangan yang kurang kondusif, tingginya biaya pajak dan pungutan, serta intensitas promosi yang masih rendah. Pengembangan industri anggrek nasional sudah saatnya ditekankan pada industri yang bersifat padat modal dan sarat teknologi tinggi. "Saya berharap lembaga penelitian dan perguruan tinggi dapat berpartisipasi dalam mengembangkan nilai tambah untuk meraih daya saing di pasar internasional," kata Mufidah. Ia mengharapkan peranan para investor untuk menanamkan modalnya di bidang pengembangan anggrek dan meminta pemerintah agar menyediakan regulasi yang kondusif bagi penanaman modal di tanah air. Menurut dia, diperlukan upaya pembenahan secara komprehensif berbagai subsistem yang tekait, termasuk subsistem penyediaan sarana produksi dan teknologi pendukung, proses produksi, pengawasan mutu produk, pasca panen, serta distribusi dan pemasaran. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah permodalan dan investasi, regulasi perdagangan internasional, perpajakan, dan tarif penerbangan internasional. "Saya optimis pelaku usaha anggrek nasional dapat menjadi pemain utama di pasar internasional asal beberapa hal yang saya kemukakan tadi dilaksanakan secara konsisten," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006