Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank, di Jakarta, Selasa sore, melemah 63 poin menjadi Rp12.218 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.155 per dolar Amerika Serikat.
"Pelemahan rupiah terhadap dolar AS dipicu oleh kondisi fundamental ekonomi domestik yang cenderung menurun ke depannya," ujar Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, ruang fiskal Indonesia yang terbatas membuat laju ekonomi Indonesia akan mengalami hambatan, pemotongan subsidi bahan bakar minyak (BBM) diharapkan segera direalisasikan agar ruang fiskal Indonesia melebar.
Ia menambahkan, meski kenaikan BBM subsidi akan mendorong inflasi, namun dampak negatifnya diperkirakan tidak akan terlalu lama. Pengalaman sebelumnya, inflasi akan kembali stabil 3-4 bulan setelah kenaikan BBM.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, mengatakan setelah dolar Amerika Serikat tertekanan pada awal pekan kemarin (Senin, 10/11), pelaku pasar uang kembali masuk ke mata uang AS.
"Secara umum, data ekonomi AS masih dipandang lebih bagus dibandingkan data ekonomi negara maju lainnya. Bank Sentral AS (the Fed) sendiri masih dalam jalur ke pengetatan moneter setelah menghentikan program stimulusnya," katanya
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Selasa (11/11) tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.163 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp12.138 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014