Jakarta (ANTARA News) - Jumat (7/11) malam, langit Kota Bandung berubah dihiasi dengan letupan dan warna-warni cipratan kembang api. Orang-orang pun ke luar dari rumah selepas mengikuti drama adu penalti Persib-Persipura yang berakhir dengan skor 5-3.

Drama adu penalti yang benar-benar menegangkan nyaris mencopot jantung, sampai akhirnya punggawa Persib Bandung, Achmad Jufriyanto mencoploskan si kulit bundar ke gawang Persipura yang dijaga Dede Sulaeman, langsung membuat plong.

Tak pelak air mata keharuan dari bobotoh menetes, keharuan setelah 19 tahun berpuasa juara. Baik itu yang berada di Bandung maupun mereka yang hadir dalam partai final Indonesia Super Liga (ISL) 2014.

Bukan hanya di dunia nyata saja, di dunia maya pun nada keharuan bercampur bahagia terus bermunculan, hingga menjadi satu rangkaian sebuah nyanyian dari "Negeri Biru". Biru sebagai warna kebanggaan tim Persib hingga dahulu dijuluki "Si Pangeran Biru" kemudian saat ini lebih akrab dikenal dengan nama "Maung Bandung".

Bagi Jawa Barat khususnya Kota Bandung, Persib bisa dikatakan"agama" kedua dan begitu melekat dan tidak bersifat instan atau karbitan alias ujug-ujug muncul. Mereka mencintainya sejak dari zaman engkongnya sampai cicit dan buyutnya saat ini.

Hingga tidak jarang jika berada di perantauan, maka obrolan ujung-ujungnya membahas perkembangan Persib. Kesetiaan mereka sudah tidak perlu diragukan lagi, mereka rela mengorbankan harta kesayangannya demi menyaksikan tim pujaannya Persib Bandung.

Mereka juga rela harus mengarungi perjalanan jauh demi menyaksikan tim kesayangannya, seperti pada partai final di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, mereka rela melakukan perjalanan dengan bus atau mobil pribadi sejauh 533 kilometer.

Ya kefanatikannya terhadap sepak bola bagi warga Bandung tidak berbeda jauh dengan apa yang terjadi di Brasil yang menjadikan sepak bola sebagai agama kedua.

Bagaimana dengan tanggapan warga Kota Bandung dengan keberhasilan Persib menjuarai ISL 2014?.

"Sebagai warga Bandung sangat senang dengan juara liga Indonesia tahun 2014, sebuah penantian yang panjang setelah 19 tahun menunggu ," kata bobotoh Persib, Yopi.

Bahkan dirinya berharap, Persib dapat mempertahankan juara di musim pertandingan sepak bola berikutnya.

"Harapan besar saya Persib bisa mempertahankan juara di musim depan," kata karyawan di salah satu perusaaan travel itu.

Warga Bandung lainnya Taufik mengungkapkan syukur Persib meraih juara meskipun selama pertandingan sempat membuat tegang.

"Selama pertandingan sangat tegang, terutama saat adu penalti, tegang tapi bahagia karena Persib juara," kata Taufik.

Nonton bareng

Menjelang pertandingan final, bobotoh mulai mendatangi sejumlah lokasi nonton bareng (nobar) meski tidak bisa menyaksikan pertandingan secara langsung di Palembang dengan sejumlah kendala.

Bukan hanya di Kota Bandung saja, demikian juga di Jakarta dan Bekasi. Para bobotoh menggelar nobar bersama-sama dengan rekan-rekannya.

Meriahnya nobar itu tidak berbeda jauh saat menyaksikan final piala dunia atau Piala Eropa.

"Kami tidak nonton langsung ke Palembang tapi hati dan doa kami telah berada di sisi Persib sejak semifinal lalu," kata Adi salah seorang bobotoh yang nonton bareng di Terminal Stasion Hall Kota Bandung.

Ia menyebutkan peserta nonton bareng di tempat itu sudah berkerumun sejak sore hari sambil berdiskusi tentang peluang Persib.

Nonton bareng sepak bola menjadi trend di Bandung yang dilakukan hampir semua RW yang ada di Kota Bandung.

Sedangkan nonton bareng dalam jumlah besar dilakukan di Gasibu, Taman Film, Kantor HU Pikiran Rakyat Grup, Stadion Persib, Tegalega di sejumlah kampus dan perkantoran.

Polda Jabar dan Polrestabes Bandung juga menggelar nonton bareng bersama para bobotoh di lingkungan itu.

Nonton bareng juga digelar di sejumlah mall yang ada di Bandung seperti di Bandung Indah Plaza, BSM serta lainnya.

Saat Pertandingan berakhir dan Persib menjadi Juara ISL 2014, mereka pun berteriak menyerupai koor, " juara...juara...juara...Persib nu aing,".

Ada juga yang mengucapkan kata "Alhamdulillah", "Nuhun Allah SWT, Persib juara".

Nyanyian dari "Negeri Biru" itu tidak akan berhenti sampai di situ saja. Namun akan terus berlanjut pada generasi-generasi mendatang dan mereka bukanlah suporter instan alias karbitan namun bobotoh yang mencintai Persib dengan hati.

Oleh Riza Fahriza
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014