Jakarta (ANTARA News) - Berwisata tidak selalu soal kemewahan, namun bagaimana menikmati perjalanan itu menjadi hal yang didambakan bagi beberapa orang saat plesiran.
Orang-orang mengatakan, kehidupan yang baik adalah sebuah proses, bukan suatu keadaan, karena hidup adalah arah dan bukan tujuan.
Mungkin itulah sebabnya mengapa banyak orang memilih berwisata ke negara tetangga, Singapura misalnya, dengan naik kapal feri, menyeberang dari Batam. Hanya dengan membayar mulai dari sekitar 12 dolar-an Singapura untuk kelas ekonomi, para pelancong sudah bisa sampai di kota tujuan dengan pengalaman ekstra.
Pengalaman ekstra itu antara lain adalah saat-saat meresapi bunyi desir ombak yang perlahan menyapu badan kapal feri nan kokoh, atau hembusan angin laut menerbangkan helai-helai anak rambut mereka. Hal-hal itulah yang tak akan didapati jika Anda mengambil jalan praktis namun tak sentimentil, dengan pesawat udara.
Perjalanan ke Singapura dari kota terbesar di Kepulauan Riau itu sangatlah sederhana. Perjalanan cukup memakan waktu satu jam saja dari Harbour Bay menuju Harbour Front di Singapura.
Baskoro (41), pria asal Boyolali yang sudah 15 tahun menetap di Batam dan bolak-balik menyebrangi Selat Singapura berbagi tips bagi para penyeberang pemula.
"Petugas Imigrasi sana (Singapura) ketat, kalau sudah turun kapal langsung masuk saja ke Imigrasi karena biasanya mengantre panjang, sesampainya di dalam, jangan mengunyah makanan atau sibuk mainan HP, mereka akan menganggapnya tidak hormat," kata Baskoro di Pelabuhan Harbour Bay, Rabu pagi.
Feri dari Batam ke Singapore melalui Harbour Bay dilayani hampir setiap jam oleh beberapa operator feri, mulai dari yang kelas ekonomi sampai eksekutif.
"Tapi tidak usah khawatir, meski kelas ekonomi, semua kapal menuju Singapura itu bagus, semua badannya terbuat dari besi. Pemerintah sana larang masuk kapal berbadan fiber glass, jadi aman semua. Kalau pun ada riak ombak, itu akan terasa kalau ada kapal tanker lewat," kata Baskoro.
Memasuki pelabuhan, jangan lupa siapkan paspor dan tiket serta KTP, semuanya akan diperlukan untuk pengecekan. Suasana di dalam pelabuhan sunyi, seolah ada kesepakatan tak tertulis untuk tak saling ganggu antar-penumpang.
Mungkin, kedisiplinan di negeri seberang sana menulari gaya hidup orang-orang Batam. Pak Baskoro menjelaskan, lalu lintas Batam sangat tertib. Orang-orang selalu berhenti tepat di belakang garis penyeberangan di setiap persimpangan lampu lalu lintas.
"Di sini polisi menyelesaikan masalah di kantor, tidak ada yang nego-nego di jalan. Kalau dibawa, dendanya tinggi, kami tak mau, jadi lebih baik patuh saja," katanya.
Sepanjang pengamatan, di sudut-sudut jalan Kota Batam, polisi memang tak terlihat. Tanpa mereka, lalu lintas sudah berjalan layaknya sebuah sistem mesin akurat dalam sebuah pabrik. Semua bekerja pada porsinya dan saling memahami.
Di Batam, suara klakson kendaraan pun nyaris tak pernah terdengar, demikian juga dengan bising kenalpot atau mesin motor yang menderu-deru. Bagi warga kota-kota besar di Pulau Jawa yang terbiasa dengan hingar bingar kemacetan, kemungkinan, keheningan Batam rasanya justru memekakkan telinga.
Semakin mendekati Singapura, beberapa ikon Negeri Singa itu akan nampak dari jendela-jendela kapal yang lebar, salah satunya adalah kereta gantung menuju Pulau Sentosa berlatarbelakangkan gedung-gedung pencakar langit dan jembatan megah.
Sebuah sensasi yang tak bisa dijelaskan menyergap pandangan para wisatawan melihat kekontrasan Batam di belakang sana dan Singapura di hadapan mata.
"Sebaiknya jangan kelamaan bengong, jalannya cepat saja, orang-orang tak suka menunggu," kata Baskoro mengingatkan.
Tiba di Imigrasi Pelabuhan Harbour Front Singapura, para penumpang langsung disambut jalur antrean, menunggu pengecekan identitas.
"Kalau nama kamu nama tunggal, biasanya lama pengecekan di Imigrasi. Kalau nama paspor dan KTP berbeda, sebaiknya sembunyikan saja KTP-nya, tidak usah diperlihatkan pada petugas," kata Baskoro memberi saran.
Jika semua lancar, para pelancong bisa menikmati pelabuhan Harbour Front yang fasilitasnya menyerupai bandar udara internasional di Indonesia itu.
Jika belum memegang dolar Singapura, penukaran bisa dilakukan di tempat-tempat penukaran uang di pelabuhan. Pelancong juga bisa mencicipi jajanan khas Singapura atau langsung menyerbu oleh-oleh rata-rata dijual tiga barang untuk 10 Dolar Singapura. Baskoro menyarankan agar tidak terlalu kompetitif saat menawar barang di Singapura.
"Singapura berpenduduk 5 juta jiwa, sedangkan turisnya 22 juta jiwa per tahun, jadi kalaupun kamu hari ini tak beli, besok pasti ada lagi yang datang menawar, tak payah," katanya.
Meski demikian, bagi yang ingin merasakan sensasi lain berwisata ke Singapura, feri Batam-Singapura patut dicoba. Selain tak perlu merogoh kantong terlalu dalam, suasana tenangnya lautan bisa dinikmati selama perjalanan.
Beberapa pelabuhan lain di Batam menuju Singapura selain Harbour Bay adalah Sekupang Ferry Terminal, Nongsa Point Marina, dan Batam Centre.
Pelabuhan-pelabuhan itu selalu sibuk. Dalam sehari, setidaknya ada 5.000 kapal yang lalu-lalang di pelabuhan-pelabuhan itu.
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014