Jakarta (ANTARA News) - Forum Umat Islam (FUI) mengancam melakukan mosi tak percaya kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono jika bersikeras menerima Presiden AS, George W. Bush sebagai tamu negara. Penyambutan Bush di Indonesia sebagai tamu negara merupakan gambaran bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak lagi memiliki kepekaan terhadap keluhan umat Islam di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya, ujar Ketua FUI Mashadi dalam forum diskusi "Agenda Tersembunyi di balik Kunjungan Presiden Bush" di Jakarta, Senin. Mosi tidak percaya terhadap Presiden Yudhoyono, yang telah ditandatangani oleh beberapa tokoh penting dan berpengaruh di negara ini serta umat Islam lainnya dari berbagai institusi dan ormas, akan dikirim ke Istana apabila Presiden Bush tetap diterima sebagai tamu negara. Tapi pada tanggal 19 Nov. 2006, FUI dan KGB (Koalisi Gayang Bush) bersama ormas Islam lain akan melakukan demonstrasi ke Istana untuk mendesak pemerintah agar tidak menerima Bush sebagai tamu negara, ujar Mashadi. Amien Rais, mantan Ketua MPR RI, yang juga ikut sebagai pembicara dalam forum dialog tersebut, mengatakan ada lima alasan kenapa Presiden Bush tidak layak diterima sebagai tamu negara. "Pertama, George W Bush merupakan penjajah di Irak yang sudah merenggut lebih dari 655,000 nyawa orang Irak dan begitu juga di Afghanistan. Ia layak disebut sebagai penjahat perang. Belum kerusakan dalam infrastruktur serta menyebarkan rasa takut terhadap rakyat Irak," kata mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan. Menurutnya, penolakan tersebut sesuai dengan doktrin politik luar negeri Indonesia dalam pembukaan UUD 1945 yang menjelaskan bahwa sesungguhnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa, maka dari itu penjajahan di dunia harus dihapuskan. Alasan kedua, menurut Amin, Presiden Bush telah terbukti sebagai seorang pendusta yang menyatakan Irak membuat dan memproduksi senjata pemusnah massal sebagai alasan untuk menduduki tanah di sungai Eufrat yang hingga kini tak terbukti di lapangan. Selain itu, tuduhan AS terhadap hubungan Irak dengan Al-Qaida hanya rekayasa Bush untuk melegitimasi perang yang ia ingini padahal hingga kini pun tuduhan itu tak pernah terbukti. Alasan ketiga mantan Gubernur Texas tersebut adalah penjahat perang yang telah menghancurkan ribuan gedung dan menghanguskan pasar-pasar dan prasarana infrakstrutur yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak serta menjadi pembunuh lebih dari 150 ribu nyawa penduduk tak berdosa kehilangan nyawa akibat mesin-mesin perang Bush di Timur Tengah. Sudah terjadi ketidakadilan di dunia karena Bush telah dibiarkan bebas, ujar Amien dan mengutip perkataan Chaves (Presiden Venezuela) keadilan ditegakan bila Bush digantung beribu kali karena telah melakukan pembantaian rakyat tak berdosa di Irak lebih dari 150 ribu jiwa, jika Saddam dijatuhi hukuman mati karena memerintahkan pembunuhan 148 warga Syiah di desa Dujail. Alasan keempat, tambah Amien, Presiden yang kalah di `popular vote` (suara rakyat) namun memenangkan `presidential vote` (suara pemilihan berdasarkan daerah) tersebut merupakan terorris paling berbahaya di dunia. "Doktrin War On Terorrisme (Perang melawan terorrisme) sebenarnya telah menjadi War Of Terorrisme (perang untuk teror)," kata Doktor Lulusan Chicago ini dan menambahkan saat ini Indonesia tidak menjadi sasaran perang teror keluarga pengusaha minyak asal Texas tersebut karena pemerintah bersikap `manis` kepada AS. Alasan terakhir, karena pemimpin doktrin `war on terorrism` tersebut mengidap `Syndrome Hitler` (keinginan seperti Hitler). "Dulu Hitler dengan Jerman di atas segalanya (Jerman Uber Alles), saat ini AS juga menerapkan AS Uber Alles," katanya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006