Jakarta (ANTARA News) - Lembaga penelitian ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memaparkan tiga sektor industri potensial yang bisa digarap pemerintah untuk memaksimalkan pertumbuhan ekonomi.
"Pemerintah harus menentukan prioritas ekonomi," kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini di Jakarta, Kamis (6/11).
Ada tiga sektor potensial yang dapat dipilih pemerintah sebagai fokus ekonomi dalam kabinet baru, yaitu industri otomotif, industri karet dan industri alas kaki.
Industri otomotif disebut menjanjikan karena Indonesia pun menjadi negara produsen kendaraan bermotor terbesar ke-15 di dunia. Industri ini juga berpeluang menyerap tenaga kerja yang ahli di bidang otomotif.
Sementara itu, ketergantungan industri otomotif Indonesia terhadap bahan baku impor juga rendah karena telah mampu dipenuhi industri pendukung domestik. Rata-rata persentase kebutuhan impor bahan baku industri otomotif selama 2008-2012 mencapai 30 persen.
Industri otomotif disebut pantas jadi prioritas untuk lima tahun ke depan karena tren pertumbuhan pasar otomotif dunia tinggi serta pertumbuhan industri otomotif domestik juga positif.
Sementara itu, industri hilir karet dinilai potensial sehingga nilai tambah lebih tinggi dan lapangan kerja lebih banyak tercipta. Namun, saat ini karet mentah Indonesia lebih banyak diekspor karena permintaan komoditas karet alam tinggi di pasar dunia.
Indonesia menjadi eksportir karet terbesar ke-6 dunia dengan pangsa pasar mencapai lima persen di pasar karet dunia. Industri hilir karet yang berkembang saat ini baru industri ban dengan penguasaan pangsa pasar 1,9 persen di pasar dunia.
Industri alas kaki juga disebut bisa diandalkan sebagai prioritas bagi Indonesia karena tingginya pertumbuhan permintaan di pasar dunia, potensi pasar domestik besar dan menyerap banyak tenaga kerja domestik yang didominasi pekerja berpendidikan rendah.
Indonesia merupakan negara eksportir alas kaki ke-6 terbesar di dunia dengan rata-rata ekspor sebelas persen per tahun selama 2009-2013. Nilai komoditas ekspor alas kaki Indonesia tahun lalu mencapai 3,9 triliun dolar AS, di bawah Tiongkok (50,8 triliun dolar AS), Vietnam (11,6 triliun dolar AS), Jerman (5,2 triliun dolar AS) dan Belgia (5,1 triliun dolar AS).
Kendala yang dihadapi Indonesia dalam bersaing adalah kurangnya penggunaan bahan baku dalam negeri. Bahan baku impor yang dipakai untuk industri alas kaki mencapai 51 persen selama 1996-2012. Pemerintah diharapkan dapat mengembangkan industri serat domestik untuk memenuhi kebutuhan yang selama ini masih diimpor.
Sektor-sektor potensial dapat didorong secara maksimal bila pemerintah juga melakukan langkah strategis, seperti memastikan adanya sinergi kebijakan antar kementerian dan meningkatkan daya saing industri serta menekan biaya ekonomi tinggi.
Selain itu, pemerintah diharap dapat segera merealisasikan infrastruktur yang tertunda, seperti akses jalan ke pelabuhan dan kawasan industri. Pemerintah juga harus melindungi industri nasional dari praktik unfair trading yang dapat merugikan industri nasional berorientasi ekspor.
Peran atase perdagangan di luar negeri untuk memperluas pasar bagi industri nasional diharap lebih efektif. Indonesia juga harus memperkuat posisi tawar dengan pihak asing dan mengevaluasi kinerja perdagangan internasional yang defisit. Selain itu, pastikan kesepakatan perdagangan luar negeri tidak dilakukan untuk produk yang dapat diproduksi sendiri.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014