daya saing minyak sawit digerogoti dari tahun ke tahun.
Jakarta (ANTARA News) - Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indoesia (Gapki) menilai daya saing minyak sawit Indonesia dengan minyak nabati lain dinilai kian menurun sehingga ke depan perlu ditingkatkan.
Sekjen Gapki Joko Supriyono, di Jakarta, Kamis mengungkapkan, selisih harga jual minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) dengan minyak nabati pada 10 tahun lalu sekitar 200 dolar AS per ton.
Namun, tambahnya, saat ini selisih harga kedua komoditas tersebut semakin tipis menjadi 90 dolar AS per ton.
"Artinya daya saing minyak sawit digerogoti dari tahun ke tahun. Ini harus dijaga supaya dapat bersaing dengan minyak nabati lain," katanya saat menjelaskan rencana Konferensi Sawit Internasional Tahunan (10th Indonesian Palm Oil Conference/IPOC and 2015 Price Outlook) yang akan digelar di Bandung 26--28 November 2014.
Menurut dia, selama ini negara konsumen menilai minyak sawit paling murah harganya dibandingkan minyak nabati lain seperti minyak kedelai atau rapeseed.
Jika harga minyak sawit semakin mahal dan tidak kompetitif, lanjutnya, bisa jadi pasar tidak akan memilihnya dan beralih ke minyak nabati lain.
"Kita harus waspadai ini. Tahun ini india mengurangi impor sawit karena mereka nilai kedelai lebih murah daripada impor CPO asal Indonesia yang terkena pajak ekspor," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia, pemerintah harus meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar global. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki daya saing tersebut, yakni dengan pengembangan infrastruktur, pertanahan serta kebijakan ketenagakerjaan.
Upaya peningkatan daya saing minyak sawit nasional tersebut merupakan salah satu persoalan yang akan dibahas dalam konferensi tahunan yang kali ini bertema "Transforming Palm Oil Industry, Enhancing Competitiveness".
Menurut Ketua Panitia 10th IPOC and 2015 Price Outlook, Monasurya tema tersebut akan fokus pada pembahasan bagaimana meningkatkan dan menguatkan daya saing dalam rangka transformasi industri sawit ke level berikutnya.
Dalam hal ini, tambahnya, akan dibahas regulasi pemerintah, teknologi peningkatan produksi, pengembangan infrastruktur dan pengembangan industri hilir berbasis nilai tambah.
Selain itu tren pasar global dan proyeksi harga minyak sawit untuk tahun berikutnya.
Mona menyatakan, konferensi internasional yang tahun ini memasuki satu dekade tersebut rencananya akan dibuka Presiden Joko Widodo serta ditutup Wapres Jusuf Kalla.
Sedangkan sebagai pembicara antara lain Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan dan Menteri Perencanaan Pembangunan/Bappenas Andrinof Chaniago.
Selain itu juga menghadirkan pembicara dari kalangan praktisi industri minyak sawit baik nasional maupun internasional
Pada tahun ini peserta yang hadir diperkirakan mencapai 1.500 orang berasal dari 30 negara meningkat dari tahun lalu yang sebanyak 1.300 peserta.
(*)
Pewarta: Subagyo
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014