Surabaya (ANTARA News) - Komunitas Linux se-Indonesia akan menggelar pertemuan untuk pertama kalinya di Surabaya pada 17-19 November mendatang.
"Pertemuan yang disebut Indonesian Linux Conference (ILC) itu digelar dalam rangkaian Dies Natalis ke-46 ITS," ujar Penanggungjawab kegiatan itu, Edwin Riksakomara, di Surabaya, Senin.
Didampingi Penanggung jawab lokakarya Konferensi Linux Indonesia, Udin Harun Al Rasyid, ia menjelaskan pertemuan yang baru pertama kali digelar itu akan disemarakkan dengan berbagai agenda, diantaranya seminar, workshop dan berbagai lomba dan kompetisi.
"Pertemuan itu bukan hanya untuk membicarakan isu-isu terkini tentang pemanfaatan Linux, tapi juga akan mendengarkan kebijakan pemerintah tentang penggunaan open source," paparnya.
Menurut dia, konferensi akan diawali pidato Dirjen Aplikasi Telamatika Depkominfo tentang kebijakan-kebijakan pemerintah untuk penggunaan open source.
"Pengembangan dan penerapan open source terkendala ketiadaan contoh dari pemerintah. Selain itu, amat sedikit personel instansi pemerintahan yang memahami teknologi informatika, sehingga jarang muncul inisiatif untuk pengembangan itu," tegasnya.
Hingga kini, katanya, belum ada lembaga pemerintahan yang sudah menggunakan program komputer Indonesia, padahal sudah banyak komunitas masyarakat melakukannya.
"Penggunaan akan lebih luas bila pemerintah membuktikan itu mudah dipakai. Dengan pembuktian itu, pemerintah dimungkinkan membuat kebijakan yang mendukung pengembangan open source, sehingga masyarakat akan menggunakan open source dengan sendirinya," ungkapnya.
Namun, katanya, pembuatan kebijakan itu amat sulit diharapkan, mengingat rendahnya sumber daya manusia di instansi pemerintah yang memahami teknologi informasi. Tanpa pemahaman atas suatu bidang, sulit diharapkan membuat kebijakan di bidang tersebut.
"Saat ini, open source makin berkembang dengan kecepatan dan lingkup terbatas, tapi kami percaya pada akhirnya publik dalam skala luas akan lebih suka menggunakan open source. Kami berpegang pada kasus pemisahan penjualan perangkat keras dan program komputer," ucapnya.
Pada era 1970-an, katanya, perangkat keras buatan produsen tertentu hanya bisa dioperasikan dengan perangkat lunak dari produsen tersebut dan sebaliknya, namun perangkat keras merek tertentu kini bisa dioperasikan dengan program apa saja.
"Perluasan penggunaan open source juga terhambat kebiasaan masyarakat yang terlanjur dengan sistem operasi tertentu. Kami pernah menguji penggunaan sistem operasi merek tertentu dan open source. Hasilnya menunjukkan kedua sistem itu bisa digunakan tanpa kesulitan," tuturnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006