Solo (ANTARA News) - Kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) George W Bush ke Indonesia merupakan hal yang wajar dan tidak perlu diperlakukan berlebih-lebihan serta pada acara tersebut hendaknya juga dipergunakan untuk mengklarifikasi ke-25 negara yang masuk dalam daftar teroris termasuk di antaranya Indonesia. Mengenai Indonesia yang dianggap negara teroris ini harus ditanyakan dan juga harus dihapus dari daftar tersebut, kata Ketua MPR Hidayat Nur Wahid disela-sela meresmikan Bank Muamalat BMI di Solo, Jateng, Senin. "Mengenai masalah itu Pemerintah Indonesia harus mengklarifikasi dan minta supaya dikeluarkan dari daftar tersebut, karena kenyataannya Indonesia bukan negara teroris," katanya. Ia juga meminta dalam pertemuan dengan Presiden AS itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono perlu membicarakan mengenai kontrak karya yang ada di Indonesia seperti keberadaan beberapa perusahaan asal Amerika Serikat yang menanamkan investasinya di Indonesia. Mengenai penyambutan Presiden AS George W Bush yang tampak berkesan berlebihan, Ketua MPR mengatakan, semestinya itu tidak perlu terjadi. "Pemerintah Indonesia harus setara dengan AS, dan tidak perlu dilakukan berlebih-lebihan," katanya. Sementara itu Direktur Bank Muamalat BMI Jakarta Andi Buchari mengatakan, aset dan laba bank yang dipimpinnya ini terus mengalami peningkatan. Ia mengatakan, untuk aset tahun 2005 masih mencapai Rp5,2 triliun dan sekarang telah meningkat menjadi Rp8,3 triliun, begitu juga mengenai laba tahun lalu hanya Rp150 miliar dan sekarang naik menjadi Rp160 miliar sampai Oktober 2006.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006