Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo diminta untuk memilih Jaksa Agung yang bersih dan tidak memiliki rekam jejak buruk dalam masalah hukum pada waktu lalu.
Menurut Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah, Jaksa Agung merupakan posisi sentral dalam penegakan hukum sehingga terlalu beresiko jika Jokowi memaksakan figur yang tak bersih untuk menjabat.
"Siapapun orangnya, yang penting sapunya bersih," kata Fahri di Gedung DPR, Jakarta, Rabu.
Dia mencontohkan, dalam sebuah kasus, sangkaan yang disampaikan oleh penyidik bisa saja "sampah" atau kasus yang telah direkayasa. Namun karena jaksanya bersih, maka dia akan menyapu bersih seluruh kasus yang berkategori "sampah" tersebut.
"Sehingga sampah ini tidak sampai masuk ke dalam ruang persidangan. Sekarang ketika sampah itu masuk persidangan harus dicegah, dan itu Jaksa Agung yang berperan," ujarnya.
Politisi PKS ini secara pribadi mendukung Jaksa Agung berasal dari kalangan independen. Bahkan begitu pentingnya independensi Jaksa Agung, hal itu seharusnya telah diatur dalam konstitusi. "Soal internal atau eksternal yang penting bersih," kata Fahri.
Diketahui terdapat empat nama yang menjadi kandidat kuat Jaksa Agung pilihan Jokowi. Pertama adalah M Prasetyo, mantan Jaksa Agung Muda Pidana Umum yang saat ini menjabat sebagai anggota DPR dari Partai Nasdem.
Kemudian M Yusuf, Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Andhi Nirwanto yang menjabat Wakil Jaksa Agung, dan Widyo Pramono, Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Kejaksaan Agung.
Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014