Kediri (ANTARA News) - Salah satu ulama khosh KH Idris Marzuqi, mempersilakan santri dan alumni santri Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, berpindah atau menyeberang ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP), menyusul perpecahan di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
"Kalau memang dipandang ada sisi positifnya, silakan santri dan alumni berpindah kembali ke PPP. Kami kira tidak sedikit santri dan alumni yang sebelumnya kembali memilih PPP," kata pengasuh Ponpes Lirboyo itu usai bertemu dengan sejumlah anggota DPP PPP, Senin.
Menurut dia, sejauh ini dirinya belum berkeinginan berpindah ke partai lain, termasuk PPP, pasca terjadinya perpecahan di tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang dideklarasikan oleh sejumlah ulama NU itu pada 1999.
"Kalau saya belum mempunyai sikap terkait ajakan pindah ke PPP, tapi sekali lagi saya tegaskan kalau santri dan alumni berkeinginan pindah, silakan saja," ujar Kiai Idris.
Dalam pertemuan tersebut, salah satu Ketua DPP PPP, Arif Ali Mudasir berjanji akan memberikan tempat yang layak bagi para ulama NU yang berniat kembali lagi ke partai lama (PPP).
Bahkan Arif juga menyatakan, PPP sekarang jauh lebih bagus ketimbang beberapa kurun waktu sebelumnya yang sempat menyingkirkan sejumlah nama kiai NU ketika partai berlambang Ka`bah itu masih dipimpin HJ Naro.
Sebelumnya enam orang DPP PPP, termasuk Arif Ali Mudasir, mengunjungi kediaman dua pengasuh Ponpes Lirboyo, KH Idris Marzuqi dan KH Imam Yahya Malik, untuk meminta dukungan pelaksanaan Muktamar PPP pada bulan Januari 2007 mendatang.
Kedatangan para pimpinan PPP itu untuk menjemput bola setelah bergulirnya wacana salah satu fungsionaris DPP PKB versi Muktamar Surabaya yang juga Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Saifullah Yusuf, menawarkan para kiai NU untuk menengok kembali PPP sebagai rumah lama yang telah ditinggalkan.
Arif Ali Mudasir sendiri sangat berkeinginan menggaet sejumlah ulama NU pasca perpecahan yang terjadi di tubuh PKB dengan terbentuknya partai baru bernama Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU).
Namun demikian, Kiai Idris sendiri menyatakan tidak setuju ada embel-embel ulama dan NU dalam partai baru tersebut.
"Sejumlah pengurus teras PBNU keberatan dengan huruf NU di belakang nama partai baru ini, makanya keberatan ini perlu dibahas dalam pertemuan di Langitan beberapa waktu lagi," ujarnya.
Menurut dia, membentuk partai baru tidak cukup melalui salat istikharah saja, tapi juga harus ada upaya musyawarah, tidak seperti yang dilakukan penggagas PKNU, Choirul Anam cs yang mendaftarkan nama partai baru tanpa ada persetujuan tertulis dari para ulama.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006