Srinagar, India (ANTARA News) - Ratusan pemrotes yang marah terlibat bentrokan dengan polisi di Kashmir India, Selasa, sehari setelah tentara menembak hingga tewas dua warga sipil, kata polisi.
Polisi di kota utama Srinagar menembakkan gas air mata untuk membubarkan para pemrotes yang meneriakkan slogan-slogan anti-India dan melemparkan batu, kata seorang perwira yang tidak bersedia namanya disebutkan kepada AFP karena ia tidak berhak berbicara dengan wartawan.
Protes itu terjadi setelah tentara menembak satu mobil pribadi di pinggiran Srinagar pada Senin dan menewaskan dua penumpang serta mencederai dua orang lainnya.
Menteri Besar Kashmir Omar Abdulah mengatakan "kematian yang sebenarnya dapat dihindarkan" itu merusak suasana politik, yang telah tegang akibat banjir bandang September lalu, menjelang pemilhan umum di negara bagian itu yang menurut rencana diselengarakan akhir bulan November.
"Pembunuhan-pembunuhan seperti itu tidak akan terjadi apabila situasi keamanan membaik di mana insiden dari kelomook garis keras mencapai titik rendah," kata Abdullah di Twitter.
Kelompok pro-kemerdekaan yang menentang kekuasaan India menyerukan pemogokan pada Rabu untuk memprotes pembunuhan-pembunuhan itu.
Polisi mencatat satu kasus kejahatan terhadap tentara, sementara militer memerintahkan satu penyelidikan terhadap apa yang disebutnya "kehilangan nyawa yang disesalkan" itu.
"Tidak ada ada hal yang memberatkan ditemukan dari barang korban yang tewas atau yang cedera," kata perwira polisi Mohammad Arshad kpeada surat kabar lokal Greater Kashmir.
Kedua korban tewas itu dimakamkan pada Selasa sementara kelompok Syiah merayakan Asyura, yang biasanya menjadi hari bentrokan di Kashmir India.
Prosesi berkabung dilarang di negara bagian itu sejak tahun 1990, ketika satu aksi perlawanan bersenjata menentang kekuasaan India meletus.
Kashmir terbagi dua antara India dan Pakistan sejak tahun 1947, kedua negara mengklaim seluruh wilayah itu.
Puluhan ribu orang, sebagian besar mereka warga sipil tewas dalam perang antara pasukan India dan 12 kelompok pejuang yang berusaha bagi kemerdekaan wilayah itu atau bergabung dengan Pakistan.
Kashmir masih menderita akibat banjir bandang yang menewaskan lebih dari 200 orang dan menghancurkan prasarana dan bisnis September, AFP melaporkan.
(H-RN/C003)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014