Jerusalem (ANTARA News) - Seorang jenderal Israel yang memimpin tentara di sepanjang perbatasan Libanon mundur Minggu setelah dituduh gagal mencegah penangkapan dua tentara yang telah memicu perang sebulan lamanya dengan gerilyawan Hizbullah. Brigadir Jenderal Gal Hirsch adalah jenderal Israel kedua yang mundur di tengah meluasnya kecaman publik atas kegagalan militer dalam perang 34 hari yang berakhir dengan gencatan senjata yang diperantarai-PBB pertengahan Agustus. "Ia telah mengajukan pengunduran dirinya," kata seorang jurubicara militer tentang Hirsch, yang menurut laporan media Israel, mundur setelah satu penyelidikan militer menuduhnya melakukan "tindakan yang tidak pantas" setelah kedua tentara tersebut ditangkap 12 Juli. Hizbullah menculik mereka dalam satu serangan lintas-perbatasan yang mana delapan tentara lainnya tewas. Israel membalas dengan pemboman udara besar-besaran di Libanon. Perang itu menewaskan lebih dari 1.200 warga Libanon, sebagian besar warga sipil, dan 157 warga Israel, kebanyakan tentara. Hirsch memimpin Brigade Galilee, yang bertanggungjawab untuk mematroli perbatasan utara Israel. Jenderal cadangan Israel Doron Almog, yang memimpin sejumlah penyelidikan internal pertama atas kejadian yang menyebabkan perang itu, mengatakan pada wartawan Minggu setelah menyampaikan penemuannya: "Kesimpulannya adalah bahwa penculikan itu dapat dicegah pada 12 Juli." Penyelidikan itu juga menemukan bahwa ada "celah besar" antara peraturan militer dan bagaimana aturan itu dilaksanakan di lapangan, kata satu pernyataan tentara. Kepala staf militer Letnan Jenderal Dan Halutz mengatakan kemudian Minggu, ia telah menerima kesimpulan penyelidikan badan tersebut dan menerima pengunduran diri Hirsch. Marah Surat kabar Israel Maariv mengatakan Almog telah memanggil Hirsch dan merekomendasikannya mundur sebelum ia mempublikasikan penemuannya mengenai penculikan tersebut. Surat kabar itu mengutip Hirsch yang menyampaikan kemarahan atas kesimpulan tersebut, dengan mengatakan pada teman-temannya bahwa laporan itu tidak adil. Media Israel melaporkan sebelumnya bahwa penyelidikan itu menuduhnya gagal mengikuti prosedur keselamatan yang mungkin dapat mencegah penangkapan serdadu Ehud Goldwasser dan Eldad Regev. Ia gagal melatih tentara mengenai kemungkinan ditangkap meskipun ada peringatan berkali-kali bahwa Hizbullah telah merencanakan untuk berusaha menangkap tentara, kata Radio Israel. Pada pertengahan-September, jenderal penting yang memimpin front utara Israel, Udi Adam, meninggalkan komandonya setelah tentara dipermalukan dengan hampir 4.000 roket Hizbullah ditembakkan di negara Yahudi itu selama perang tersebut. Kegagalan Israel untuk menjamin pembebasan tentara tersebut telah menghalangi pelaksanaan sepenuhnya satu resolusi Dewan Keamanan PBB yang minta agar mereka dibebaskan meskipun enggan menyebutnya sebagai salah satu syarat bagi diakhirinya perang, Reuters melaporkan.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006