Denpasar (ANTARA News) - Kapolda Bali Irjen Pol Paulus Purwoko menyatakan bahwa pihaknya belum menemukan petunjuk tentang identitas pelaku yang mengancam akan meledakkan bom di kantor LKBN ANTARA Biro Denpasar. "Kita belum temukan petunjuk itu, sementara jenis pesawat komunikasi yang digunakan untuk mengancam pun masih dalam penyelidikan," katanya, ketika melakukan pertemuan dengan jajaran pers, di Denpasar, Minggu. Senada dengan Kapolda, Kapoltabes Denpasar Kombes Pol Ari Dono Sukmanto menyebutkan, penyelidikan untuk kasus ancaman bom yang ditujukan untuk kantor ANTARA akan dimulai dari jenis pesawat komunikasi yang digunakan untuk melancarkan aksi teror tersebut. "Kita akan mencari tahu apakah mereka menggunahan handphone atau telepon rumah. Untuk ini, kita telah melakukan kerja sama dengan pihak PT Telkom," ucapnya. Namun demikian, pihak Telkom belum dapat menentukan, karena masih dalam penelitian secara lebih seksama, ucapnya. Setelah itu, lanjut dia, langkah selanjutnya baru dilakukan dengan meneliti nomor-nomor yang masuk pada hari kejadian ke kantor ANTARA, dan pada gilirannya dapat memastikan nomor telepon yang dipakai untuk aksi tersebut. Kapolda menambahkan, bila nomor pesawat si penelepon telah berhasil diketahui, penyelidikan berikutnya dilanjutkan dengan memburu orang yang memiliki nomor tersebut. "Kita akan terus lakukan proses-proses itu dengan harapan si pelaku dapat secepatnya ditangkap," ucapnya. Pada Sabtu (11/11) sekitar pukul 08.15 Wita, telepon yang berdering dan kemudian diangkat Kepala ANTARA Biro Denpasar Ahmad Wijaya, serta merta dari "seberang sana" mengancam bahwa sebuah bom telah diletakkan di kantor ANTARA dan akan meledak setengah jam kemudian. Mendapat ancaman itu, Ahmad Wijaya meluncur melapor ke Polsek Denpasar Barat, dan dalam waktu relatif singkat satu tim Gegana Satbrimob Polda Bali datang melakukan penyisiran. Setelah dilakukan penyisiran selama kurang lebih 30 menit, petugas tidak menemukan barang yang dapat meledak. Karenanya, Kapoltabes menduga ini suatu perbuatan usil orang yang tak bertanggung jawab.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006