Tadi siang pesawat dari Surabaya bisa mendarat di bandara kita ini, tapi sore ini tampaknya kabut asap makin parah
Sampit, Kalteng (ANTARA News) - Penerbangan rute Jakarta-Sampit terpaksa dialihkan karena pesawat tidak bisa mendarat lantaran Bandara Haji Asan Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, tertutup kabut asap.
"Ini kedua kalinya. Kemarin (Sabtu) pesawat dari Jakarta juga terpaksa dialihkan ke Surabaya karena tidak bisa mendarat di Sampit akibat kabut asap kembali terjadi," kata Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kotim, Fadlian Noor di Sampit, Minggu sore.
Fadlian mengaku prihatin dengan kabut asap yang kembali terjadi dan cenderung makin parah.
Jika transportasi terganggu maka akan berdampak terhadap aktivitas ekonomi masyarakat.
Untuk pesawat jenis Boeing, kata Fadlian, jarak pandang aman untuk penerbangan yakni minimal 2000 meter. Jika melihat kondisi kabut asap yang terjadi sepanjang hari Minggu ini, tentu tidak memungkinkan bagi penerbangan karena sangat berisiko.
Maskapai tidak bisa memastikan keberangkatan pesawat sesuai jadwal karena bisa saja tepat waktu, molor atau bahkan dibatalkan.
"Tadi siang pesawat dari Surabaya bisa mendarat di bandara kita ini, tapi sore ini tampaknya kabut asap makin parah sehingga pesawat dari Jakarta tidak bisa mendarat sehingga harus dialihkan," katanya.
Pilot mempunyai alternatif yaitu dengan mendarat di bandara terdekat seperti Pangkalan Bun atau Banjarmasin, ketimbang kembali ke Jakarta atau Surabaya.
Minggu pagi, pekatnya asap membuat jarak pandang aman bahkan hanya sekitar 10 meter sehingga pengendara benar-benar harus hati-hati.
Pengendara terpaksa mengurangi kecepatan karena jarak pandang sangat pendek. Lampu kendaraan pun nyaris tidak terlihat dalam jarak 10 meter akibat asap benar-benar sangat tebal dan membuat mata perih.
Masyarakat berharap kebakaran lahan bisa segera berakhir agar kabut asap tidak lagi muncul mengganggu aktivitas dan kesehatan. Masyarakat berharap hujan turun agar kebakaran lahan dan asap bisa hilang.
Pewarta: Norjani
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014