Jakarta (ANTARA News) - Markas Besar (Mabes) TNI belum akan meningkatkan pengamanan menjelang kedatangan Presiden Amerika Serikat (AS) George W.Bush ke Indonesia pada 20 November mendatang menyusul insiden ledakan bom di Restoran A&W Kramat Jati Indah, Jakarta Timur, Sabtu siang. "Seluruh prosedur tetap yang dilakukan TNI untuk pengamanan tamu-tamu VVIP telah dirancang untuk mengantisipasi segala bentuk ancaman keamanan, termasuk teror bom," kata Kapuspen Mabes TNI, Laksamana Muda TNI Sunarto Sjoekrono Putro, di Jakarta, Sabtu malam. Hingga saat ini, TNI masih menyerahkan sepenuhnya penyelidikan lebih lanjut mengenai insiden yang menyebabkan satu orang terluka, katanya. Jadi, TNI masih akan menunggu hasil penyelidikan Polri tentang insiden tersebut, terutama mengenai motif peledakan tersebut, kata Sunarto. "Tetapi yang jelas, semua bentuk pengamanan TNI bagi tamu-tamu kenegaraan telah dirancang untuk mengantisipasi berbagai jenis ancaman, katanya menegaskan. Untuk pengamanan kunjungan Bush ke Indonesia itu, TNI menurunkan sekitar 10 penembak jitu (sniper) serta personel Satuan Khusus 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus. Mereka ditempatkan di sejumlah titik yang akan dilalui dan disinggahi Presiden Bush selama beberapa jam kunjungannya di Indonesia. Dalam insiden ledakan itu, korban yang terluka diidentifikasi petugas kepolisian berinisial MN. Warga Kelurahan Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur, itu diduga petugas kepolisian sebagai pelaku ledakan dan telah dilarikan ke ruang UGD RS Polri Kramat Jati. Kapolres Jakarta Timur Kombes Robinson menyebutkan tidak ada korban dalam insiden tersebut.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006