Karanganyar (ANTARA News) - Kesenian tradisi Kothekan Lesung yang sekarang hampir punah akan berkolaborasi mengiringi pentas wayang kulit Rai wong dengan cerita "Semar, Semar, Semar" dengan dalang Ki Enthus Susmono, di Plasa Depdagri, Jakarta Sabtu (18/11).
Tampilnya kesenian tradisi Kothekan Lesung asal Karanganyar yang berkolaborasi mengiringi penampilan dalang "Edan" Ki Enthus Susmono asal Tegal ini juga sekaligus untuk mengakhiri "Pekan Wayang Kebangsaan" yang digelar tanggal 11-18 Nopember 2006, kata Bupati Karanganyar Hj Rina Iriani, SR di Karanganyar, kemarin.
Ia mengatakan untuk mengiringi pentas Ki Enthus Susmono, nantinya akan mengerahkan sekitar 100 orang yang sebagian para ibu-ibu dan sekarang sudah berlatih terus.
Dikatakannya, mengenai lagu-lagu yang akan dibawakan tidak hanya lagu tradisional, tetapi lagu-lagu kebangsaan. "Kami akan bawa peralatan sendiri seperti lesung dan lain-lain ya jumlahnya cukup banyak, tetapi ini tidak masalah agar masyarakat yang tinggal di kota metropolitan itu juga mengerti bahwa di tanah air ini kaya budaya."
Kesenian tradisi Kothekan Lesung sejak dua tahun ini di Karanganyar sekarang juga telah berkembang pesat hampir di setiap desa dan bahkan sekarang juga sudah laku dijual, katanya.
"Kesenian tradisi Kothekan Lesung, sekarang juga sudah menjadi identitas di tempat kami," kata Hj Rina Iriani SR.
Ia mengatakan kesenian tradisi ini seiring dengan kemajuan teknologi bisa dikatakan memang sudah mati, karena kesenian ini ditabuh saat menjelang para petani mau menumbuk padi, dan sekarang petani sudah tidak ada lagi yang menumbuk padi dengan alat tradisional ini.
"Petani sekarang sudah tidak lagi menumbuk padi dengan cara itu dan mereka memilih menggiling padi dengan mesin untuk mendapatkan beras, dan sekarang banyak lesung yang sudah tidak dipakai, akibatnya kesenian itu juga ikut mati," kata HJ.Rina Iriani SR.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006