Penguatan mata uang rupiah masih relatif terbatas
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, menguat 67 poin menjadi Rp12.102 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.169 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan dolar AS mengalami tekanan terhadap mayoritas mata uang dunia termasuk rupiah, didorong aksi ambil untung pelaku pasar uang menjelang publikasi hasil pertemun Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).
"Dari sisi fundamental, pelemahan dolar AS juga dipicu beberapa data ekonomi Amerika Serikat yang di bawah ekspektasi," katanya.
Meski demikian, menurut dia, penguatan mata uang rupiah masih relatif terbatas seiring dengan investor pasar uang yang masih bersikap waspada menanti hasil pertemuan kebijakan moneter AS terkait tingkat suku bunga (Fed rate).
"Federal Reserve diprediksi akan mengakhiri program pembelian obligasi dan bersiap untuk menaikkan suku bunga pada pertengahan tahun 2015. Namun apabila Fed masih mengkhawatirkan tingkat inflasi yang rendah, pelaku pasar akan berasumsi bahwa Fed tidak akan terburu-buru untuk menaikkan suku bunganya," katanya.
Dari dalam negeri, lanjut dia, investor juga sedang mencermati dinamika politik Indonesia seiring dengan DPR yang sedang bersiap memilih pimpinan komisi yang dapat memengaruhi kecepatan implementasi rencana kebijakan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Namun, outlook mata uang rupiah masih cukup netral berada di kisaran Rp12.120-12.190 per dolar AS," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Rabu (29/10) tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.163 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp12.158 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014