Hukuman itu memang terlalu berat tetapi kami menerima dan menghormati keputusan tersebut karena kita merupakan bagian dari PSSI,"

Semarang (ANTARA News) - PSIS Semarang menerima dan menghormati keputusan dari Komisi Disiplin (Komdis) PSSI yang memberikan sanksi berupa diskualifikasi dari keikutsertaannya pada babak delapan besar Kompetisi Sepak Bola Divisi Utama Liga Indonesia 2014.

"Hukuman itu memang terlalu berat tetapi kami menerima dan menghormati keputusan tersebut karena kita merupakan bagian dari PSSI," kata CEO PSIS Semarang, Jateng, Yoyok Sukawi di Semarang, Rabu.

Ia mengatakan, dirinya mengaku bersalah dalam kejadian tersebut. "Yang salah saya dan bukan pemain atau pelatih atau manajemen tim. Saya yang bertanggung jawab," katanya.

Yoyok Sukawi mengatakan, kalau melihat ke belakang, tidak ada rencana untuk melakukan hal itu (gol bunuh diri). "Keputusan sudah dijatuhkan dan tidak bisa banding, jadi kita mau menyelamatkan bagaimana lagi?," katanya.

Ia menambahkan, sampai kini memang dirinya belum menerima surat keptusan tersebut karena hingga kini manajer timnya Liluk Wahyuwinarto juga masih berada di Jakarta. "Kita tunggu surat tersebut bagaimana tetapi kita tahunya setelah Pan Hinca (Ketua Komdis PSSI Hinca Panjaitan memberikan keterangan pers di Jakarta," katanya.

Menurut dia, langkah yang akan diambil tentunya menunggu surat tersebut dan timnya juga akan menyesuaikan dengan keputusan dari Komdis PSSI. "Kami menerima dan menghormati keputusan itu karena kami merupakan bagian dari PSSI," katanya menegaskan.

Pertandingan babak delapan besar kompetisi sepak bola Divisi Utama antara PSIS Semarang melawan PSS Sleman, Minggu (26/10), untuk menentukan juara grup yang maju ke babak empat besar ditandaui dengan kejadian lima gol bunuh diri dan kedudukan akhir pertandingan itu adalah 3-2 untuk PSS Sleman.

Akhirnya dengan kejadian tersebut dalam sidang Komisi Disiplin PSSI di Kantor PSSI Senayan, Jakarta, Selasa (28/10), memutuskan jika dua klub yaitu PSS Sleman dan PSIS Semarang akhirnya didiskualifikasi dari keikutsertaannya di babak delapan besar kompetisi Divisi Utama.

"PSS Sleman dan PSIS Semarang berhenti sampai di sini. Selanjutnya akan dilakukan investigasi satu persatu mulai pemain, pelatih maupun ofisial," kata Ketua Komisi Disiplin PSSI Hinca Panjaitan usai sidang.

Untuk melakukan investigasi, kata dia, pihaknya membutuhkan waktu sekitar dua pekan. Untuk itu pihaknya meminta kepada PT Liga Indonesia selalu operator kompetisi untuk menghentikan semua pertandingan sisa.

"Pertandingan semifinal dan final kami harapkan baru bisa dilaksanakan setelah investigasi selesai. Biar tidak ada lagi alasan yang aneh dalam menyikapi babak delapan besar ini," katanya menambahkan.

Hinca mengatakan, keputusan itu diambil setelah pihaknya melakukan pemanggilan terhadap pemain, pelatih dan ofisial dari kedua klub. Bahkan semua yang dipanggil diajak menonton pertandingan antara PSS Sleman melawan PSIS yang diwarnai lima gol bunuh diri.

Setelah melihat rekaman pertandingan, kata dia, semua pemain maupun ofisial kepalanya langsung tertunduk. Kondisi itu menunjukkan ada permasalahan besar pada pertandingan yang memperebutkan posisi juara dan runner up grup itu.

"Sepak bola pada prinsipnya adalah untuk mencari kemenangan, tapi pada pertandingan PSS melawan PSIS justru sebaliknya. Mereka pengen kalah. Ini sudah menciderai fair play," kata Hinca dengan tegas.

Pria yang juga berprofesi sebagai penasehat hukum itu menegaskan, dengan kejadian yang dinilai merusak citra persepakbolaan nasional itu maka putusan yang ada tidak bisa dibanding. Bahkan kemungkinan sanksi akan ditambah dengan dasar hasil investigasi.

Dengan adanya keputusan ini pihaknya akan langsung menginformasikan ke PT Liga Indonesia untuk segera merealisasikan keputusan Komisi Disiplin PSSI.

Komisi Displin PSSI dalam putusannya juga merekomendasikan kepada Komite Wasit PSSI untuk memberhentikan wasit hingga pengawan pertandingan dari aktivitas hingga proses investigasi yang dilakukan tuntas.

Pewarta: Hernawan Wahyudono
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014