Jakarta (ANTARA News) - Pihak manajemen klub Pusamania Borneo FC mengaku heran dengan kasus pertandingan antara PSS Sleman melawan PSIS Semarang yang berakhir 3-2, karena semua golnya terjadi karena bunuh diri dari pemain kedua klub tersebut.
"Kenapa mereka ingin menghindari dari kami (Pusamania). Padahal kami juga tim yang pernah kalah dan belum pernah ketemu dengan mereka (PSS dan PSIS)," kata manajer Pusamania Borneo FC Tommy Ermanto saat ditemui di Kantor PSSI Senayan, Jakarta, Selasa.
Informasi yang berkembang menyebutkan pertandingan sepak bola yang kurang wajar ini terjadi karena baik PSS maupun PSIS sama-sama ingin kalah untuk menghindari bertemu Pusamania Borneo FC pada pertandingan babak semifinal Divisi Utama.
Pusamania Borneo FC merupakan klub yang lolos ke semifinal dengan posisi sebagai runner up Grup 2. Kepastian lolosnya tim yang dilatih Iwan Setiawan itu setelah menang WO (walk over) dari Persis Solo. Sedangkan puncak klasemen dihuni oleh Martapura FC, Kalimantan Selatan.
"Yang menghentikan pertandingan saat itu bukan kami, tapi pengawas pertandingan. Jadi, tidak ada masalah dengan WO-nya Persis Solo," katanya.
WO-nya Persis Solo pada pertandingan terakhir itu diduga karena adanya intimitasi dari pihak tuan rumah. Hanya saja, kubu Pusamania menolak tudingan tersebut karena pemain lawan dinilai sebagai pemicunya.
"Kami punya buktinya. Kami juga heran kepada Persis menolak bertanding. Padahal saat technical meeting mereka menyatakan siap," tambah Tommy.
Lolosnya Pusamania ke semifinal itu ternyata dinilai musibah bagi PSS Sleman maupun PSIS Sleman. Kedua tim ini berusaha mengalah demi tidak menjadi juara grup agar selanjutnya tidak bertemu tim asal Kalimantan Timur itu.
Dengan adanya sepak bola yang diwarnai lima gol bunuh diri itu, PSS Sleman akhirnya tampil sebagai juara Grup 1 dan akan menghadapi Pusamania Borneo FC pada babak semifinal.
Sesuai rencana, pertandingan semifinal kompetisi Divisi Utama digelar di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, pada awal November.
Pewarta: Bayu K
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014