Bandung (ANTARA News) - Aplikasi berbagi bangku kendaran yang dinamai Floo Ride Sharing for Better Mobility dinilai akan menjadi solusi kemacetan di kota-kota besar Indonesia, terutama Jakarta.

"TIK (teknologi informatika) dapat digunakan sebagai infrastruktur baru untuk membantu memudahkan dalam berbagai hal, seperti padatnya orang di Jakarta, siang 10 juta orang, malamnya 6 juta orang, berarti ada 4 juta orang yang mobile masuk ke Jakarta, belum lagi aktivitas orang Jakarta itu sendiri," kata Agus Bambang Setowidodo, Kepala Dinas Komunikasi Informasi dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta dalam kompetisi 'Smart City' yang berlangsung di Bandung, Senin (27/8).

"Fenomena ini menimbulkan masalah-masalah sosial dengan TIK bisa menangani masalah-masalah ini," lanjutnya.

Aplikasi Floo Ride Sharing for Better Mobility ini menjadi juara pertama dan juara umum dalam kompetisi aplikasi 'Smart City' yang diadakan BlackBerry bekerja sama dengan BlackBerry Inovation Center (BBIC).

"Karena konsep kita adalah 'Smart City', konsep secara keseluruhan untuk mengatasi kondisi yang paling berat di Jakarta yaitu kemacetan, aplikasi ini bisa jadi solusi," kata salah satu perwakilan dewan juri.

Walaupun ide ride sharing sudah meluas, namun dewan juri melihat aplikasi ini memiliki tingkat keamanan yang baik.

Pembuat aplikasi Floo Ride Sharing, Ricky Kurniawan, sendiri mengaku isu keamanan merupakan isu utama dalam pengembangan aplikasi ini. Ia mengandalkan sosial media, Facebook, sebagai alat untuk menjaga keamanan.

"Karena di Indonesia orang kan sangat sosial, di Facebook orang bisa memiliki teman 500-1000 orang, nah kita berangkat dari situ, bukan hanya dari teman kita sendiri tapi dari temannya teman kita atau second friends," kata Ricky.

"Melalui aplikasi ini, dengan memanfaatkan sosial media yang sudah ada, kami mencoba memecahkan solusi kemacetan. Semakin banyak orang berbagi kendaran, akan semakin sedikit mobil dijalan," tambahnya.


Tentang Floo Ride Sharing for Better Mobility

Ricky Kurniawan mengaku ide awal pembuatan aplikasi ini adalah kemacetan di Jakarta yang sudah semakin parah.

"Pemerintah sudah melakukan banyak hal, mulai dari MRT hingga Busway, nah dari sini kami melihat apa sih bisa dilakukan masyarakat, yang bisa dilakukan adalah kita berbagi perjalanan kita, kita berbagi tunggangan kita," katanya.

"Jadi kalau misalkan orang naik mobil sendirian, kenapa enggak kita berdua atau bertiga, ada kursi kosongkita tawarkan ke orang, dari situ kan bisa sharing cost-nya, sharing cost tol dan lain-lain, sehingga perjalanan itu menjadi semakin efisien," lanjutnya.

Lebih lanjut Ricky menjelaskan aplikasi yang fokus pada layanan ini menawarkan dua pilihan, mencari penumpang atau mencari tumpangan. Profil pengguna aplikasi ini dihubungkan dengan Facebook, sehingga pengguna lain dapat melihat koneksi pertemanan mereka.

Langkah awal yang dilakukan pengguna adalah menentukan tujuan perjalanan sistem pada aplikasi tersebut akan secara otomastis "menjodohkan" pengguna yang memiliki tujuan perjalanan sama.

Setelah "berjodoh", para pengguna dapat melanjutkan pembicaraan untuk menentukan tempat dan lain-lain melalui chat yang juga tersedia dalam aplikasi ini.

Aplikasi ini dilengkapi dengan tombol 'Don't Panic' yang secara otomatis server akan mengirimkan sms ke tiga nomor kontak panggilan emergency yang diberikan pengguna pada saat pendaftaran (log in). Hal ini bertujuan mengantisipasi pada saat pengguna merasakan hal tidak nyaman dalam perjalanan pada saat menumpang atau memberikan tumpangan.

Aplikasi ini juga dilengkapi fitur 'rating dan comment' untuk menilai pengguna lain, baik yang menumpang atau memberikan tumpangan ketika selesai melakukan perjalanan, sehingga sikap seorang pengguna dapat diketahui oleh pengguna lain.

"Sebetulnya di sini bisa dibilang tidak ada yang baru, tapi dari teknologi yang sekarang ada digabung-gabungkan untuk mencoba menjawab kebutuhan gimana caranya untuk orang bisa berbagi perjalanan," kata Ricky.

Aplikasi Floo Ride Sharing ini direncanakan akan diluncurkan pada kuartal pertama tahun depan, Februari 2015.

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014