Jakarta (ANTARA News) - Perubahan peta kekuatan politik di parlemen Amerika Serikat (AS) tidak akan banyak berpengaruh terhadap hubungan AS dengan Indonesia, walaupun kemungkinan akan ada perbedaan dalam kebijakan mengenai perdagangan bebas (free trade), HAM dan outsourching. Juru Bicara Departemen Luar Negeri Desra Percaya di Gedung DPR/MPR Jakarta, Jumat menegaskan, perubahan peta politik di AS itu tidak akan mempengaruhi apa yang telah dijalani kedua negara. "Hubungan kedua negara kemungkinan tidak akan banyak berubah," katanya. Pengamat luar negeri dari UI Mamur Keliat juga berpendapat senada. "Jangan anggap akan ada perubahan besar dari politik luar negeri AS, apalagi kekuatan paling menentukan ada di tangan Presiden," katanya. Dalam kaitan ini, George W Bush masih akan menjabat sebagai Presiden AS hingga dua tahun mendatang. "Yang akan ada adalah kontrol dari senat dan kongres terhadap pemerintah AS," katanya. Terkait rencana kunjungan Bush ke Indonesia pada 20 November 2006, Desra Percaya menyatakan, sebagai tuan rumah, Indonesia menghargai dan menyabut baik kunjungan tersebut. Desra menolak anggapan bahwa pengamanan kunjungan itu berlebihan. Semua dilakukan sesuai standar dan dilakukan koordinasi dengan TNI dan Polri. Hal itu juga dilakukan negara lain apabila akan menerima tamu negara lain. Mengenai agenda pertemuan itu, Desra juga menolak jika pertemuan membahas pengelolaan Blok Natuna untuk diserahkan kepada perusahaan AS. "Tidak ada agenda tersebut," katanya. (*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006