"Kalau membaca rekam jejak di bidang transparansi dan pengawasan, beliau salah satu figur yang berpotensi bisa melakukan pembenahan sektor ESDM," katanya di Jakarta, Senin.
Menurut dia, meski berlatar belakang akuntan, namun Sudirman juga diketahui mempunyai pengalaman bekerja di BUMN yakni PT Pertamina (Persero) dan perusahaan swasta yang bergerak di bidang energi dan pertambangan yaitu PT Indika Energi Tbk dan PT Petrosea Tbk.
Komaidi melihat, penempatan sektor ESDM di bawah Kementerian Koordinator Kemartiman sesuai dengan tujuan Pemerintahan Presiden Joko Widodo yang memprioritaskan kemaritiman.
Dengan tujuan tersebut, lanjutnya, sektor ESDM mengalami perubahan paradigma.
Dahulu, saat di bawah Kementerian Koordinator Perekonomian, sektor ESDM dilihat lebih dari aspek ekonomi yakni pemenuhan penerimaan devisa dan APBN.
"Sekarang ini, saya melihat sektor ESDM khususnya migas ditempatkan sebagai pendukung agar kita jaya sebagai bangsa maritim," ujar Komaidi.
Presiden Joko Widodo mengumumkan Kabinet Kerja di halaman Istana Merdeka, Minggu (26/10) petang.
Dalam pengumuman yang didesain santai tersebut, salah satu dari 34 anggota kabinetnya adalah Sudirman Said sebagai Menteri ESDM.
Pada Senin siang ini, Presiden akan melantik para menteri Kabinet Kerja di Istana, Jakarta.
Harapan transparansi pengelolaan ESDM tidaklah terlalu berlebihan. Sudirman dikenal pula sebagai aktivis transparansi dan pengawasan.
Sudirman adalah pendiri dan kini masih menjadi Anggota Dewan Pengawas Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI).
Turut pula dalam organisasi nirlaba tersebut mantan Menteri Pertambangan dan Energi Kuntoro Mangkusubroto dan mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Erry Riyana Hardjapamekas yang sebelumnya keduanya disebut-sebut sebagai kandidat Menteri ESDM.
Lalu, saat menjabat Deputi Kepala BRR Aceh-Nias yang dikepalai Kuntoro Mangkusubroto, Sudirman melakukan terobosan dalam transparansi dan pengawasan dana bantuan.
Sudirman membentuk Satuan Anti-Korupsi (SAK) yang bertugas mendidik semua pemangku kepentingan di Aceh dan Nias pascatsunami.
Kemudian, saat menjabat Kepala ISC Pertamina, Sudirman sempat menyedot perhatian publik.
ISC didirikan Pertamina saat dipimpin Dirut Ari Soemarno pada September 2008 dan Oktober 2009, Sudirman ditunjuk sebagai Kepala ISC.
Saat itu, Ari Soemarno mengatakan, ISC merupakan upaya transformasi pengadaan minyak dan BBM.
ISC digadang-gadang sebagai jembatan Pertamina menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia.
Dengan ISC, maka fungsi pengadaan minyak dan BBM yang sebelumnya terpisah di Direktorat Pengolahan dan Direktorat Pemasaran dan Niaga diintegrasikan, sehingga diharapkan lebih efisien.
Namun, keberadaan ISC tersebut disorot sejumlah kalangan termasuk DPR melalui Pansus Angket BBM, karena dinilai tidak efektif.
Sudirman pun tidak lama menjabat Kepala ISC. Hanya lima bulan, pada Maret 2009, dia digeser dari jabatannya tersebut.
Pascapenggantian Sudirman, Pertamina merombak fungsi ISC menjadi penyusun strategi atau semacam "think tank" pemasaran.
Pengalihan tersebut sesuai arahan Dewan Komisaris Pertamina.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014