Prediksi secara umum atau nasional itu didasarkan oleh beberapa kriteria antara lain indikator El Nino Southern Oscillation (ENSO), anomali suhu permukaan air laut, serta Dipole Mode di Samudera Hindia,"
Kupang (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi kemarau panjang yang berlangsung saat ini di seluruh Nusa Tenggara Timur berlangsung normal hingga akhir November 2014.
"Prediksi secara umum atau nasional itu didasarkan oleh beberapa kriteria antara lain indikator El Nino Southern Oscillation (ENSO), anomali suhu permukaan air laut, serta Dipole Mode di Samudera Hindia," kata Kepala Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang Juli Setiyanto, di Kupang, Minggu.
Ia juga menyebut sifat hujan musim kemarau 2014 diprediksi normal (57 persen), di atas normal (35 persen) dan di bawah normal (delapan persen).
"Dalam konteks lokal di daerah Nusa Tenggara Timur yang memiliki karakteristik musim yang spesifik dengan daerah lain di NTT, diprediksi musim kemarau justru akan berakhir November dan selanjutnya menjadi awal musim hujan di daerah kepulauan ini," katanya.
Bahkan hasil analisis pihak MBKG Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang meyebutkan ada beberapa daerah yang diprediksi akan memasuki awal musim hujan pada awal Desember 2014.
"Untuk November dua (minggu kedua) ada satu Zona Musim (Zom), November tiga ada lima Zom dan Desember dua ada empat Zom dari perbandingan rata-rata 14 Zom," katanya.
Khusus untuk sifat hujan di daerah-daerah NTT pada umumnya diprediksi normal 15 persen dan dibawah normal delapan persen dan tidak memiliki sifat diatas normal.
Sehingga kekeringan memang ada dan sedang terjadi pada daerah-daerah tertentu di Nusa Tenggara Timur, namun untuk saat ini masih dapat ditanggulangi dengan sisa debit air yang ada.
Dampak lain dari kemarau panjang ini adalah Kekeringan yang melanda wilayah NTT telah membawa dampak buruk tidak saja kepada manusia tetapi juga hewan atau ternak. Ratusan ekor sapi bantuan pemerintah pusat lewat dana on top di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) mati akibat kekurangan air dan pakan. Jika hal ini tidak segera ditanggapi oleh pemerintah kabupaten maupun provinsi maka bantuan ternak tersebut akan mubasir.
"Apa yang kami temukan di lapangan sangat memprihatinkan, dimana kami temukan banyak sekali ternak masyarakat yang mati akibat kekurangan air atau kekeringan saat ini. Kami temukan ada ratusan ekor sapi bantuan pemerintah pusat yang mati. Sapi bantuan ini tersebar di delapan kelompok di Kecamatan Molo Barat," kata Anggota DPRD NTT, Jefry Un Banunaek.
Selain itu, kata Juli Setianto, dampak lain juga yang justru dirasakan di perairan NTT adalah suhu dan temparatur udara pada siang hari mencapai 34 derajat celsius, sehingga suhu panas sangat dirasakan terutama di Kupang.
"Pada siang ini tepat pukul 12.00 WITA, temperatur udara di sebagian besar wilayah NTT seperti Kupang dan sekitaranya mencapai 34 derajat Celsius. Kondisi tersebut berbeda dengan hari-hari biasanya di mana temperatur minimum NTT 32-33 derajat Celsius," katanya.
"Kondisi alam ini (suhu naik hingga 34-35 derajat celsius) terjadi karena matahari berada di titik kulminasi atau tepat di atas Kota Kupang sehingga menyebabkan proses besarnya penguapan air laut sampai timbul awan komulatif dan menyebabkan mendung," katanya.
Ia mengatakan dampak langsung dari suhu panas di musim kemarau ini adalah kekeringan pada 17 bahkan 19 daerah di Nusa Tenggara Timur dan telah berujung pada krisis air, sawah puso, konflik perebutan air dan beberapa masalah lainnya.
"Pemerintah telah melakukan berbagai antisipasi mengghadapi ancaman tersebut baik secara lokal maupun nasional, sehingga meskipun ada beberapa daerah yang mengalami kekeringan berat, masih dapat bertahan dengan sisa debit air yang ada dan bantuan lainnya yang sedang dalam proses penyaluran," katanya.
(KR-HMB/A029)
Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014