Harus ada transportasi penghubung antarpulau karena selama ini lebih berat ke darat
Jakarta (ANTARA News) - "Pak Jonan, ayo lari," kata Presiden Joko Widodo usai menyebut nama Ignasius Jonan yang didapuk menjadi Menteri Perhubungan di Istana Merdeka, Minggu pukul 17.00 WIB tadi.
Jokowi mengenalnya sebagai seseorang yang senang berlari (bekerja cepat), membereskan segala hal dengan sigap.
Jonan, begitu ia akrab disapa, menyambut permintaan Jokowi dengan berlari kecil, kemudian meluruskan barisan agar sejajar dengan menteri yang sudah disebutkan sebelumnya.
Berkemeja putih lengan panjang dan berelana hitam, Jonan mantap berdiri sebagai Menteri Perhubungan dalam Kabinet Kerja Pemerintahan Jokowi-JK Periode 2014-2015.
Jonan tidak sendiri datang ke istana, meski bukan makna sebenarnya, tetapi kereta apilah yang mengantarkannya selama ini.
Bagai rel dan gerbong, nama Ignasius Jonan tidak bisa dipisahkan dengan perkeretaapian di Indonesia.
Wajah kereta api yang dulu suram, kini mulai menarik perhatian banyak penumpang sebagai moda transportasi yang cepat, aman dan nyaman.
Bukan mudah, kelahiran Singapura 21 Juni itu harus menggapainya dengan kerja keras dan keulatan yang dilakukan dengan konsisten.
"Beliau itu sederhana, pekerja, ulet, keras. Setiap hari bekerja, bahkan Sabtu-Minggu pun kalau ada yang perlu dikerjakan, harus masuk kerja," kata Humas PT Kereta Api Indonesia (Persero) Makmur Syaheran kepada Antara, Minggu.
Sebetulnya, kata Makmur, tidak ada gebrakan atau perubahan besar yang Jonan kerjakan, ia hanya menambal apa yang kurang, dievaluasi mulai dari hal kecil, dilakukan setiap hari dan tidak ada kata tunda-menunda.
"Kalau ada keluhan penumpang minta toilet dibetulkan, AC-nya kurang dingin, harus dibetulkan saat itu juga," katanya.
Lulusan Universitas Airlangga dan Universitas Tufts, Amerika Serikat itu dikenal rajin menerapkan teori apa yang selama ini ia dapat di bangku sekolah dan kuliah.
Jonan memang intens mengikuti berbagai program pendidikan di universitas-universitas terbaik dunia, yaitu Columbia Business School (fakultas bisnis Universitas Colombia), program senior managers in government pada Kennedy School of Government (fakultas ilmu pemerintahan), Universitas Harvard, dan program corporate governance di Stanford Law School (fakultas hukum), Universitas Stanford.
Ia pun berhasil mengubah paradigma yang semula berkiblat pada produksi, menjadi customer oriented atau pelayanan terhadap pelanggan, dalam hal ini penumpang.
Tak ayal, sejak ia menjabat Dirut KAI pada 2009, perusahaan kereta api milik pemerintah itu mendapatkan sejumlah penghargaan, antara lain terbaik kedua dalam kategori penyelamatan aset BUMN pada 2010 serta terbaik kedua dalam kategori inovasi pelayanan publik setahun berikutnya.
Mantan Direktur Citibank itu juga mendapat penghargaan dari Komnas Pengendalian Tembakau (Komnas PT) pada 2012 atas upaya PT KAI dalam menerapkan kawasan bebas asap rokok di lingkungan stasiun maupun di atas KA.
Di tahun yang sama, PT KAI mendapat perunggu dalam dua kategori, yaitu Strategic dan Tactical Marketing dalam ajang BUMN Marketing Day 2012 bidang pemasaran.
Keteladanan dan tidak pernah puas
Keteladanan adalah perintah terbaik, Jonan jarang berada di kantor, ia lebih sering turun ke lapangan yang mana memotivasi karyawan-karyawan KAI untuk lebih menyentuh penumpang.
"Dia kenal hampir seluruh karyawan, hingga ke pelosok-pelosok sana," kata Makmur.
Alumni SMA St Louis Surabaya itu pun tidak segan memberikan penghargaan, kenaikan pangkat atau gaji bagi karyawan yang berdedikasi dan "hukuman" bagi mereka yang tidak disiplin dalam bekerja.
Meskipun semboyan "tidak pernah puas" bermakna positif, namun Makmur melihatnya sebagai kekurangan dari sosok Jonan.
"Ia terus mencari jalan keluar apabila ada masalah, jadi sering tidak mempedulikan waktu," ujarnya.
Makmur berharap bukan hanya kereta, tapi darat laut udara bisa menjadi lebih baik di tangan Jonan karena transportasi merupakan jantung dari perekonomian.
Perkuat transportasi laut
Sesuai dengan program Jokowi, Poros Maritim, Jonan diminta harus lebih memperkuat jalur perhubungan laut yang saat ini belum dimanfaatkan secara masif, padahal dua per tiga dari wilayah Indonesia adalah laut, kata Pengamat Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho.
Menurut Agus, infrastruktur pelabuhan adalah salah satu urgensi permasalahan transportasi yang harus segera dibenahi untuk menarik investasi.
Dengan membenahi infrastruktur di pelabuhan, Agus meyakini investasi akan mulai bergeliat pada sektor kelautan.
Dia mengingatkan agar transportasi tidak hanya berfokus kepada manusia, tetapi juga pada logistik barang karena selama ini banyak yang terhambat.
"Harus ada transportasi penghubung antarpulau karena selama ini lebih berat ke darat," katanya.
Agus optimistis pada prinsip yang diterapkan di KAI selama lima tahun terakhir oleh Jonan, yakni transparansi dan efisiensi, bisa diwujudkan juga di perhubungan secara luas.
Sementara itu, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit juga berharap Jonan bisa menghasilkan kebijakan publik yang kuat sesuai kapasitasnya saat ini karena sebelumnya ia berkecimpung dalam korporasi.
"Jonan ahli korporasi yang kuat di PT KAI (Kereta Api Indonesia), keahliannya baru di jajaran korporasi, tetapi dalam Kabinet Kerja ini, dibutuhkan kebijakan publik yang kuat," katanya.
Danang menilai Jonan juga harus menghasilkan kebijakan publik yang kuat dalam transportasi laut.
"Saya rasa keberhasilan dalam transformasi di kereta api, bisa diterapkan Pak Jonan untuk transportasi laut," katanya.
Ketua Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Masita juga mengharapkan Jonan lebih mengembangkan KAI yang mendukung pengakutan logistik barang, tidak hanya logistik penumpang.
Ia juga meminta Jonan untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi swasta untuk bernvestasi infrastruktur logistik agar bisa menekan biaya logistik yang selama ini membengkak sekitar 25 persen dari produk domestik bruto (PDB).
"Lebih fokus pada logistik dan memberikan iklim kondusif bagi swasta untuk infrastruktur logistik," katanya.
Selain itu, ia berharap Jonan, yang adil terhadap swasta sebagai regulator.
"Selama ini pengelolaan pelabuhan dan bandara dimonopoli oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kemenhub belum memberikan kesempatan bagi swasta untuk masuk," katanya.
Setumpuk pekerjaan rumah telah menantimu, selamat dan berlari kencang, Pak Jonan.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014