Jakarta (ANTARA News) - Di dunia hiburan, terutama industri musik, penampilan adalah segalanya. Beberapa musisi bahkan tampil ekstrim dalam upaya mencuri perhatian penyuka musik.

Namun bagi Yuna, penyanyi asal Malaysia yang berhasil go international dan diproduseri Pharrell Williams, penampilan bukanlah segalanya.

Bahkan, dia merasa penampilannya yang berhijab justru kunci suksesnya di dunia musik.

"Aku pakai hijab sejak umur 19 tahun, pada waktu yang sama, aku mulai menulis lagu dan mendapat tawaran kontrak pertama saya. Saat itu aku bilang aku tidak mau mengganti penampilanku," kata Yuna di Jakarta, Minggu.

Yuna pun bersyukur, keputusannya itu tidak salah dan malah membawanya ke puncak tangga kesuksesan.

"Alhamdulillah, I (saya) berjaya bawa diri," katanya dalam logat Melayu yang kental.

Berkat hijabnya orang-orang menjadi gampang mengenalinya.

"Terutama di Los Angeles atau di Barat sana, sangat mudah bagiku berpenampilan seperti ini karena aku enggak perlu saingan sama Miley Cyrus," katanya disusul tawa.

Yuna mengatakan, kultur Islami adalah kekuatannya.

"Tiap orang di industri hiburan itu pengen tampil beda, contohnya Adele dengan vokalnya yang keren dan kalau aku, aku punya kultur yang sangat didambakan dunia Barat," kata dia.

Tentang keimanan, Yuna menyatakan mengenali diri sendiri adalah hal yang paling penting.

"Apa pun pekerjaanmu, penting untuk mengenali identitas diri dan berpegangan pada akarmu itu. Dan di industri musik kadang-kadang orang lupa itu. Aku menemukan identitasku dalam hijab ini. Aku sampai sekarang masih terus berusaha memelihara keimananku," katanya.

Yuna malam ini tampil mempesona di panggung SoundsFair dengan gaun manik-manik warna gelap dan luaran jubah panjang merah muda dari bahan ringan.

Dia mengenakan turban ungu yang simpel namun tetap glamor. Dia pun tak banyak mengenakan aksesori, hanya kalung warna emas dan dua tindik kecil di kedua telinganya.

Yuna menyadari dia menjadi panutan banyak hijabers, namun dia menekankan bahwa fesyen bukan segalanya.

"Aku penggemar berat fesyen, tapi itu bukan prioritas utama saya. Fesyen bagi saya adalah apa yang dikenakan tiap hari tapi tetap harus nyaman," kata Yuna yang mengaku rajin membaca majalah fesyen dan "mengais-ais" lemari pakaian ibunya untuk mencari inspirasi fesyen.

Menjelang usia 29, Yuna mengaku semakin memilih gaya busana yang "matang" alih-alih mengenakan jaket kulit, kaus dan sepatu Reebok.

"Aku bahagia dengan warnaku sendiri yang mencerminkan identitasku sebagai wanita muslim," katanya.


Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014