Bogor (ANTARA News) - Dua landasan helikopter (helipad) yang tengah dibangun di Taman Teratai, Kebun Raya Bogor untuk menyambut kedatangan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush akan dibuat permanen sehingga jika ada tamu negara lagi tidak perlu membangun helipad baru, kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Kusmayanto Kadiman di Bogor, Jumat. Pernyataan tersebut diungkapkannya saat meninjau pembangunan landasan helikopter yang akan digunakan untuk pendaratan Presiden AS, yang direncanakan akan mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Bogor pada 20 Nopember. Menristek yang didampingi oleh kepala LIPI Umar Anggara Jenie melihat kesiapan dan standar pembangunan yang sesuai sehingga helipad tersebut aman digunakan untuk tamu negara tersebut. "Jadi kita ingin memberikan yang terbaik bagi tamu kita tersebut." kata Menristek. Sebelumnya diberitakan, landasan helikopter tersebut hanya akan digunakan sementara karena keberadaannya oleh beberapa kalangan dianggap merusak keindahan salah satu sudut padang rumput di KRB serta merusak teratai yang tumbuh di kolam dekat lokasi landasan. Pusaran angin yang ditimbulkan saat helikopter mendarat juga dikhawatirkan akan merusak beberapa koleksi pohon di sekitarnya, yang sebagian sudah tua. Dalam kunjungan tersebut Menristek sempat memeriksa semen dan lempengan baja yang akan digunakan sebagai bahan baku untuk membuat landasan. Ketika ditanya tentang kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pembangunan helipad tersebut, Menristek mengatakan akan bertanggungjawab terhadap kerusakan tersebut. "Tentang hal itu sudah saya pikirkan dengan pimpinan yang lain, tapi saya yakin hal ini tidak akan menyebabkan kerusakan lingkungan." Dalam waktu dekat, lanjut dia, akan dilakukan ujicoba pendaratan helikopter kecil dan helikopter super puma untuk melihat kerusakan yang diakibatkan oleh pendaratan helikopter. Bush dikabarkan akan menggunakan helikopter jenis Black Hawk yang menimbulkan pusaran angin lebih kencang dibandingkan Super Puma.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006