Tingkat kesadaran para ODHA (orang dengan HIV/AIDS, red) belum tinggi. Dari 387 ODHA, hanya 35 orang atau kurang dari 10 persen saja yang rutin mengonsumsi obat anti ARV,"

Depok (ANTARA News) - Sebanyak 19 orang warga Kota Depok Jawa Barat meninggal dunia akibat menderita penyakit HIV/AIDS, karena rendahnya tingkat kesadaran mereka untuk meminum obat anti retroviral virus (ARV).

"Tingkat kesadaran para ODHA (orang dengan HIV/AIDS, red) belum tinggi. Dari 387 ODHA, hanya 35 orang atau kurang dari 10 persen saja yang rutin mengonsumsi obat anti ARV," kata Pendiri Kuldesak Samsu Budiman, dalam acara workshop Penanggulangan HIV/AIDS di Depok, Jumat.

Ia mengatakan dari data yang dimiliki LSM Kuldesak yang mendata 387 penderita HIV/AIDS, hanya 35 orang yang bersedia mengonsumsi ARV. Ada banyak faktor mereka enggan meminum obat tersebut salah satunya karena aksesnya yang kurang strategis.

"Lokasinya yang masih jauh dari kediaman mereka. Kemungkinan mereka yang jauh dari RSUD Depok enggan mengakses ke sana karena alasan lokasi," katanya.

Faktor lainnya, kata dia, masih banyak ODHA yang menolak karena adanya efek samping sementara dari ARV. Efek samping sementara yang ditimbulkan misalnya ruam kulit dan terasa mual. Dikatakannya obat ARV dibutuhkan para ODHA agar daya tahan tubuh terjaga.

"Seharusnya ODHA tetap mengonsumsi ARV agar daya tahan tubuhnya stabil. Fungsinya untuk menekan jumlah virus agar imunitas tubuh menjadi bagus," katanya.

Menurut dia wilayah paling tinggi penderita ODHA di Kota Depok adalah di Kecamatan Pancoran Mas (62). Kemudian, Kecamatan Sukmajaya (55), Cimanggis (40), Beji (35), Cinere (33), Sawangan (26).

Kemudian Cipayung (22), Cilodong (14), Limo (9), Bojongsari (7) dan Tapos (6). Dengan korban meninggal dunia seluruhnya mencapai 19 orang. Dalam waktu dekat diusulkan adanya satelit untuk ODHA agar bisa mengambil ARV.

"Kami harap mereka tidak kesulitan lagi harus mengambil obat ARV di RSUD Depok," katanya.

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014