Batam (ANTARA News) - Bank Indonesia kesulitan mengedarkan lembaran uang rupiah baru dan menyosialisasikan kebijakan penggunaan mata uang rupiah di daerah pesisir Indonesia, karena sulitnya transportasi ke daerah kepulauan.
"Kepulauan Riau menjadi tantangan buat kami karena 96 persen laut dan empat persen darat. Tantangannya kami harus melakukan distribusi ke Natuna, Pulau Subi, Anambas dan Lingga," Kepala Kantor BI Kepri Gusti Raizal Eka Putra di Batam, Kamis.
Ia mengatakan BI menyiasati sulitnya peredaran rupiah baru ke pesisir dengan mengadakan kas keliling yang rutin melayani kebutuhan rupiah layak edar ke masyarakat.
Selain itu, BI Kepri bekerja sama dengan perbankan lain membuka kas titipan di Tanjungpinang.
"Kas titipan ini cukup membantu, sehingga perbankan di Tanjungpinang tidak perlu susah mengambil uang di Batam," kata dia.
Senada dengan Gusti Raizal, Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia, Lambok Antonius Siahaan, mengatakan pihaknya kesulitan mengedarkan rupiah ke pulau-pulau di Kepri karena susah menjangkau daerah itu.
Padahal, BI harus memastikan uang yang berputar di masyarakat masih layak edar.
"Kami harus terus mempunyai terobosan. Selama ini kami sudah bekerja sama dengan AL, Polair untuk mencapai wilayah yang banyak pulau seperti Kepulauan Seribu dan Kepri. Terutama di daerah yang tidak semua dapat dilayani oleh ATM," kata dia.
Ia mengatakan uang yang beredar di seluruh Indonesia saat ini mencapai Rp470 triliun hingga Rp480 triliun. Uang sebanyak itu harus terus diawasi, termasuk untuk menjaga kondisinya agar tetap layak edar.
"Kami menyadari uang yang beredar dalam jumlah yang sangat besar. Makanya upaya kantor perwakilan BI di daerah sangat penting untuk mengedarkan uang ke wilayah yang tidak terjangkau," kata dia.
BI mengajak masyarakat untuk menghargai rupiah dengan menjaga kondisinya, antara lain dengan tidak melipat, tidak mencoret dan selalu menyimpan uang dalam dompet.
Pewarta: Jannatun Naim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014