Osaka (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia minta Proyek Asahan menjadi perusahaan listrik dengan memanfaatkan pembangkit yang ada di proyek tersebut untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat di Sumatera Utara, karena selama ini Proyek Asahan lebih banyak merugi. "Pemerintah Indonesia menginginkan Proyek Asahan menjadi perusahaan listrik, karena selama ini pemerintah tidak mendapat keuntungan finasial apapun dari keberadaan proyek tersebut," kata Menperin Fahmi Idris, di Osaka, Jumat, mengungkapkan salah satu isi pembicaraannya dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang, Akira Amari, di Tokyo. Ia mengatakan pembangkit listrik yang ada di proyek Asahan sangat besar mencapai sekitar 600 MW dan selama ini hanya untuk memenuhi kebutuhan industri alumunium yang ada di Proyek Asahan dan hingga kini dilaporkan terus merugi, sehingga pemerintah tidak mendapat keuntungan finansial apapun. Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah Indonesia meminta bantuan pemerintah Jepang agar Proyek Asahan yang merupakan kerjasama Pemerintah Indonesia dengan swasta Jepang itu bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat banyak di sekitarnya. "Pembangkit listrik yang besar itu bisa kita manfaatkan untuk mememenuhi kebutuhan listrik masyarakat rumah tangga bahkan kalangan bisnis di Sumatera Utara. Pembangkit listrik dengan kapasitas 600 MW itu sangat besar," ujarnya. Namun diakuinya dalam pembicaraan dengan Menteri Akira Amira belum dapat kesepekatan yang memuaskan, karena nampaknya Jepang tidak bisa menerima usul Pemerintah Indonesia itu, dengan alasan Proyek Asahan merupakan proyek swasta. Selain itu, lanjut Fahmi, Menteri METI Jepang itu mengatakan perjanjian induk Proyek Asahan sendiri akan berakhir pada 2013. "Namun kita tidak akan tinggal diam. Kami akan terus melakukan perundingan tingkat pejabat senior untuk mencari jalan keluar agar Proyek Asahan yang lebih banyak merugi selama beroperasi itu, bisa lebih banyak bermanfaat bagi masyarakat Indonesia, khususnya yang berada di Sumatera Utara," ujarnya. Selama beroperasi sekitar 23 tahun, menurut pihak Deperin, hanya sekitar tiga tahun Proyek Asahan itu menghasilkan keuntungan, dan selebihnya dilaporkan merugi, sehingga pemerintah Indonesia tidak mendapat keuntungan finansial apapun dari proyek tersebut. Pada bagian lain, Fahmi mengatakan dalam pertemuannya dengan Menteri METI Jepang itu, pihaknya juga meminta Jepang melakukan investasi dalam program pengembangan industri bahan bakar nabati berupa bioetanol maupun biodiesel yang sedang gencar dilakukan di Indonesia. "Tanggapannya cukup positif dan ia (Akira Amira) meminta pihak Indonesia membuat rumusan yang jelas mengenai apa yang diinginkannya. Kami akan membentuk tim di bawah Dirjen Industri Agro dan Kimia (Benny Wahyudi) untuk menyusun konsepnya," ujar Fahmi. (*)
Copyright © ANTARA 2006