Washington (ANTARA News) - Pada Juli 1965, dua fosil lengan dinosaurus raksasa lengkap dengan cakarnya digali di bagian selatan gurun Gobi, Mongolia.
Dengan panjang tangan delapan kaki atau sekitar 2,4 meter, mereka adalah makhluk bertangan terpanjang yang diketahui dalam sejarah Bumi.
Namun hampir semua bagian lainnya hilang, membuat para ahli bingung tentang sifat alami binatang dengan lengan raksasa itu. Separuh abad kemudian, misteri itu terpecahkan.
Para ilmuwan pada Rabu (22/10) mengatakan dua kerangka yang hampir lengkap dari makhluk ganjil berusia 70 juta tahun bernama Deinocheirus mirificus (artinya "lengan aneh mengerikan") tersebut menunjukkan kombinasi sifat tidak lazim.
Dengan panjang 36 kaki (11 meter) dan berat 6,4 ton, binatang itu merupakan anggota paling besar dari kelompok dinosaurus serupa burung yang disebut ornithomimosaurs ("tiruan burung onta"), kata peneliti.
Pada bagian atas punggungnya ada tulang belakang panjang yang mendukung struktur seperti layar yang fungsinya masih misterius. Itu menyatu dengan tulang ekor untuk mendukung bulu ekor.
Tumbuh di daerah sungai yang subur, binatang omnivora itu makan ikan dan tumbuh-tumbuhan dengan paruh, moncong tanpa gigi yang menonjol seperti dinosaurus herbivora.
Makhluk itu punya kaki lebar dengan jari kaki berujung kuku persegi yang bisa membantunya berdiri di tanah basah.
Deinocheirus punya pinggul lebar dan bergerak lambat tapi mampu mempertahankan diri dengan ukuran dan tiga cakar perobek pada masing-masing tangan. Itu terlihat sebesar predator puncak di lingkungannya, sepupu Tyrannosaurus rex, Tarbosaurus.
Para ilmuwan berspekulasi selama berpuluh-puluh tahun tentang Deinocheirus. Binatang itu dikenali sebagai tipe teropoda, cabang dinosaurus yang meliputi T. rex tapi juga keturunan yang berevolusi menjadi burung-tapi tipe apa?
"Deinocheirus masih menjadi salah satu dinosaurus paling misterius di dunia. Kami menemukan kerangka hampir lengkap Deinocheirus dan sekarang tahu bagaimana itu terlihat, sebesar apa dan apa yang dia makan," kata ahli paleontologi Yuong-Nam Lee, direktur Geological Museum di Korea Institute of Geoscience and Mineral Resources di Daejeon, South Korea.
Ahli paleontologi University of Maryland, Thomas Holtz, yang menulis ulasan penyerta studi di jurnal Nature, mengatakan tidak ada yang bisa memprediksi sifat-sifatnya yang menakjubkan.
"Saya secara harfiah menunggu sepanjang hidup saya untuk melihat Deinocheirus akhirnya terungkap," kata Holtz seperti dilansir kantor berita Reuters.
Beberapa hal buruk hampir mencegah pengungkapan itu. Dua kerangka baru ditemukan tahun 2006 dan 2009 di situs Gobi di Mongolia. Namun kepala dan bagian tubuh kunci lainnya hilang mencurigakan.
Para ilmuwan menyadari itu menjadi buruan kolektor fosil ilegal, dan bagian-bagiannya dijual ke kolektor pribadi.
Bagian yang hilang dalam penggalian tahun 2009 berakhir di kolektor di Jerman tapi kebetulan dilihat oleh ahli paleontologi Pascal Godefroit, yang mengenalinya dan menginformasikan ke Lee dan para ilmuwan lain.
Lee mengatakan para peneliti membujuk kolektor untuk menyumbangkan fosil karena pentingnya fosil-fosil itu untuk ilmu pengetahuan. Fosil itu kembali ke Mongolia pada Mei tapi Lee mengatakan fosil tahun 2006 masih hilang.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014