...nyawa manusia benar-benar tak dipedulikan...PBB, New York (ANTARA News) - Seorang utusan PBB menyeru masyarakat internasional agar membantu memajukan pembicaraan perdamaian antara pihak yang berperang di Sudan Selatan, dan menekankan, "penderitaan yang terperikan rakyat Sudan Selatan harus dihentikan."
"Tak ada pilihan untuk membungkam senjata dan mewujudkan kesepakatan perdamaian menyeluruh, tanpa penundaan lebih lanjut, guna mengembalikan negeri tersebut ke jalur perdamaian dan kestabilan," kata Ellen Loj, Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB dan Kepala Misi PBB di Republik Sudan Selatan (UNMISS).
Dalam pertemuan pembukaan Dewan Keamanan PBB, Loj mengatakan setelah enam pekan berada di Sudan Selatan, ia yakin bahwa setiap hari tanpa kesepakatan politik mengakibatkan bertambah parahnya situasi.
"Karena saya telah berada di lapangan, saya sangat terkejut karena nyawa manusia benar-benar tak dipedulikan. Mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia dan kekejaman yang dilakukan harus diseret ke pengadilan," katanya sebagaimana diberitakan Xinhua.
Loj diangkat menjadi utusan senior PBB di Sudan Selatan pada Juli. Ia menggantikan Hilde Johnson --yang telah menyelesaikan tiga tahun masa penugasannya.
Loj menyeru Dewan Keamanan, pemimpin regional dan semua teman Sudan Selatan agar sepenuhnya terlibat dengan semua pihak guna membantu mendorong proses perdamaian. Ia juga menyatakan, "Perdamaian tak bisa ditunda sekali pun hanya satu hari saja."
Sebanyak 100.000 orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka masih mencari tempat berteduh di beberapa pangkalan PBB di seluruh negeri tersebut, katanya.
Ia menambahkan misi pemelihara perdamaian juga melancarkan setiap upaya guna melindungi warga sipil yang lebih rentan.
Zainab Bangura, Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kekerasan Seksual dalam Konflik, juga memberi penjelasan kepada Dewan Keamanan setelah kunjungannya belum lama ini ke Sudan Selatan.
"Karena krisis ini, kekerasan seksual telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, yang dilakukan dalam lingkaran kejam dan aksi balas dendam. Saya sangat prihatin mengenai dimensi etnik yang terwujud terutama dalam aksi pembalasan antara masyarakat Dinka dan Nuer. Di seluruh negeri itu, perempuan hidup dalam kondisi miskin. Mereka memiliki sedikit, atau tak memiliki akses ke layanan medis, apalagi keadilan," kata Zainab Bangura.
Ketegangan di Sudan Selatan merebak jadi konflik terbuka pada 15 Desember 2013, ketika Pemerintah Presiden Salva Kiir mengatakan tentara yang setia kepada mantan presiden Riek Machar, yang dipecat pada Juli, melancarkan upaya kudeta.
Konflik berskala penuh di negeri tersebut telah merenggut ribuan nyawa, membuat sebanyak 1,8 juta orang kehilangan tempat tinggal dan lebih dari tujuh juta orang terancam kelaparan serta penyakit.
(Uu.C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014