"Bertahap maupun langsung sebetulnya tidak terlalu berpengaruh terhadap penjualan ritel, jadi lebih baik dilakukan secara langsung saja," ujar Manager Promosi Mal Paragon Semarang, Dian Widiyanti, di Semarang, Kamis.
Menurutnya, meskipun kenaikan harga BBM dilakukan kondisi tersebut tidak secara langsung berpengaruh terhadap kenaikan harga jual ritel.
"Kenaikan harga untuk ritel akan dilakukan sekitar dua bulan setelah kenaikan harga BBM dilakukan, karena kebanyakan para pemilik usaha akan menghabiskan stok yang sudah dibeli sebelum harga BBM mengalami kenaikan," jelasnya.
Jika harga BBM jadi dinaikkan sebesar Rp3.000/liter maka pihaknya memprediksi akan berpengaruh pada kenaikan harga jual ritel sebesar 20 persen.
Melihat tren pada kenaikan harga BBM yang sudah pernah dilakukan sebelumnya, Dian memastikan hal tersebut tidak akan memengaruhi tingkat pembelian masyarakat.
"Kebanyakan yang tersedia di tempat kami adalah barang yang digunakan sehari-hari di antaranya pakaian dan makanan. Jadi tidak akan ada penurunan penjualan," jelasnya.
Senada, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi berharap agar Pemerintah segera menaikkan harga BBM.
"Kami berharap kenaikan harga BBM ini dilakukan secara langsung, dengan demikian subsidi bisa dipindahkan untuk kebutuhan lain masyarakat," jelasnya.
Mengenai dampaknya terhadap penjualan ritel, Frans mengatakan konsekuensi dari kenaikan harga BBM pasti akan berpengaruh terhadap kenaikan harga jual. Meski demikian seharusnya kenaikan harga jual tetap pada batas kewajaran.
Sementara itu pihaknya berharap agar anggaran untuk subsidi tersebut bisa digunakan untuk meningkatkan sektor infrastruktur, salah satunya jalan.
"Dengan kondisi infrastruktur yang baik itu juga sudah membantu masyarakat. Dalam hal ini kami dari kalangan pengusaha sangat berharap infrastruktur segera dibenahi agar operasional semakin lancar," jelasnya.
Pewarta: Aris Wasita Widiastuti
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014