Solo (ANTARA News) - Pihak keluarga telah mengidentifikasi bahwa satu korban tewas kerusuhan suporter sepak bola yakni Joko Riyanto (35) warga Ngaliyan Pelem Simo Boyolali saat di Rumah Sakit Panti Waluyo Solo, Jateng, Rabu malam.
Menuru Kiswanto salah satu saudara sepupu korban, bahwa korban tewas memang saudaranya bernama Joko Riyanto sering dipanggil Joko Precel.
"Dia memang adik keponakan saya. Dia sering melihat sepak bola jika Persis Solo bertandingan di Stadion Manahan," kata Kiswanto terlihat lemas setelah melihat foto identitas korban.
Kiswanto saat datang ke RS Panti Waluyo bertemu dengan Kepala Polsek Laweyan Kompol Edi Wibowo. Mereka kemudian diantarkan ke Polresta Surakarta untuk memebrikan keterangan identitas korban.
Menurut Kapolsek Laweyan Kompol Edi Wibowo, jenazah korban kini sudah dibawa ke RS Dr Moewardi Solo untuk dilakukan otopsi di Laboratorium Forensik.
Hardono salah satu tetangga korban mengatakan, korban memang sering melihat jika ada pertandingan sepak bola di Solo. Dia berangkat dari rumah sendirian ke Solo dengan sepeda motor.
Menurut dia, korban meninggal memang benar saudara Joko Riyanto (35) warga Ngaliyan RT 07 RW 02 Pelem Simo Boyolali, salah satu tetangganya.
Wakil Presiden Suporter Pasoepati, Ginda Ferachriawan, menyatakan, pihaknya sangat menyayangkan adanya korban meninggal akibat kerusuhan tersebut.
"Saya mampir ke RS Panti Waluyo untuk memastikan apakah ada korban meninggal akibat kejadian itu. Ternyata, hal ini betul, tetapi kami belum bisa memastikan apakah korban anggota Pasoepati," kata Ginda saat di RS Panti Waluyo.
Menurut Ginda, pihaknya menilai ketidak puasnya penonton tersebut karena kepemimpinan wasit yang tidak profesional saat memimpin pertandingan Persis melawan Martapura.
"Kita bisa bandingkan saat pertandingan Persis melawan PSCS Cilacap. Wasit betul-betul fair play dan bertindak adil," katanya.
Menurut Ginda, pihaknya membenarkan jika dalam persepakbolaan Indonesia masih ada kepentingan-kepentingan yang tidak terpuji untuk mengatur sebuah pertandingan. Pihaknya berharap PSSI harus mengevaluasi akibat kejadian itu.
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014