Baghdad (ANTARA News) - Para anggota kelompok perlawanan membunuh paling tidk 10 orang, Kamis, sebagian besar di Baghdad, ketika rakyat Irak menyambut pengunduran diri Menteri Pertahanan AS AS Donald Rumsfeld, yang dituduh menimbulkan banyak musuh negara itu. Aksi kekerasan di Baghdad dan di seluruh negara itu terus meningkat dalam hari-hari belakangan ini menyusul hukuman mati terhadap mantan pemimpin Irak Saddam Hussein oleh pengadilan Irak karena melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. "Pengunduran diri itu terlambat," kata Mahmud Othman, seorang anggota parlemen dari etnik Kurdi. "Ia seharusnya melakukan hak itu setelah skandal penjara Abu Ghraib musim semi tahun 2004. "Ia harus bertanggungjawab karena ia adalah orang nomor satu yang menguasai Irak, dan mungkin akan jauh lebih baik jika ia mengundurkan lebih awal," tambahnya. Bagi politikus Arab Sunni nasionalis Saleh al Mutlak, penentang keras invasi yang didukung AS, pengunduran diri Rumsfeld merupakan satu kesadaran dari Amerika". "Segala yang dilakukan Rusmfeld dan pemerintahnya di Irak bertentangan dengan etik dan sikap-sikap kemanusiaan, dan tidak mencerminkan kebijakan dari sebuah negara yang beradab seperti AS," katanya kepada AFP dari Dubai. Kebijakan AS di Irak adalah perluasan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh Rumsfeld yang membiarkan milisi berkembang dan intervensi rejional meluas," katanya. "Saya mengharapkan kebijakan baru akan dibuat dari ini dan juga akibat hasil dari pemilihan di AS." Dalam contoh terbaru konflik sektarian Sunni-Syiah--pusatnya adalah Baghdad, satu rentetan tembakan mortir menghantam pangkalan Sunni di distrik Adhamiyah. Hujan peluru mortir terus berlangsung sampai Kamis pagi, mengisi udara malam dengan suara ledakan. Pihak berwenang mengatakan serangan itu tidak menimbulkan korban.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006