Ada ruang untuk membuat komite nominasi yang lebih demokratis"
Hong Kong (ANTARA News) - Demonstran Hong Kong merencanakan pawai ke rumah pemimpin yang didukung oleh Beijing untuk menuntut demokrasi yang lebih luas pada Rabu, sehari setelah pembicaraan antara pemimpin mahasiswa dan pejabat senior gagal memecah kebuntuan.
Para pengunjuk rasa telah menduduki jalan-jalan utama kota yang dikendalikan oleh Tiongkok selama hampir satu bulan guna menentang rencana pemerintah pusat, yang akan memberikan kesempatan kepada rakyat Hongkong memilih pemimpin mereka sendiri pada 2017 namun hanya meloloskan kandidat pro-Beijing.
Jurang lebar memisahkan demonstran dan pemerintah, yang menyebut aksi mereka ilegal dan berulang kali menyatakan tuntutan mereka akan pencalonan terbuka tidak mungkin dijalankan di bawah hukum bekas koloni Inggris itu.
Harapan akan ada terobosan menurun setelah pembicaraan yang disiarkan langsung di televisi pada Selasa petang, yang mempertemukan lima pejabat kota paling senior dan lima pemimpin mahasiswa berkaus hitam yang gigih dan tenang.
Para demonstran tidak senang dengan apa yang mereka anggap sebagai kekurangan konsesi substantif dari pejabat pemerintah dalam pemicaraan itu dan mereka tetap mempertahankan aksi.
Beberapa menyeru pawai ke rumah pemimpin kota, Leung Chun-ying, dan akan mengulang seruan mereka kepadanya untuk mengundurkan diri.
"Saya akan mengikuti pawai sore ini untuk menyampaikan ketidakpuasan saya," kata Kelvin Kwan (29), yang semalam ikut berkemah bersama para demonstran di daerah Mong Kok.
Andy Lau, mahasiswa berusia 19 tahun, mengatakan sekarang saatnya meningkatkan aksi.
"Saya pikir ini waktu untuk secara serius mempertimbangkan peningkatan gerakan, seperti memperluas pendudukan kita ke lebih banyak tempat untuk menekan pemerintan untuk benar-benar menghadapi dan menjawab tuntutan kami," katanya.
Hong Kong kembali dari Inggris ke pemerintah Tiongkok tahun 1997 di bawah formula "satu negara, dua sistem" yang mengizinkan otonomi luas dan kebebasan dan menentukan hak pilih universal sebagai tujuan utama.
Leung mengatakan kepada reporter sebelum pembicaraan Selasa bahwa panel yang memilih kandidat dalam pemilihan Hong Kong 2017 bisa dibuat "lebih demokratis."
Itu merupakan indikasi pertama kemungkinan adanya konsesi.
"Ada ruang untuk diskusi di sana," kata Leung, yang tidak ambil bagian dalam pembicaraan itu.
"Ada ruang untuk membuat komite nominasi yang lebih demokratis."
Mengecewakan
Akhir protes masih belum jelas. Pengadilan Tinggi Hong Kong pekan ini mengeluarkan perintah untuk menghalangi pengunjuk rasa menutup jalan, tapi polisi tampaknya tidak mau atau mampu menjalankannya.
Penggunaan gas air mata oleh polisi pada awal protes memicu kemarakan banyak orang dan membantu membengkakan jumlah demonstran.
Sejak itu, polisi kadang menggunakan semprotan merica dan tongkat tapi mereka tidak mencoba sepenuhnya membersihkan jalanan.
Debat terbuka tentang demokrasi pada Selasa malam mencerminkan pergeseran pendekatan pemerintah untuk terlibat ketimbang menjauh dari gerakan yang berlangsung lebih lama dari perkiraan kebanyakan orang.
Para pejabat menawarkan prospek diskusi tentang bagaimana komite pencalonan untuk memilih kandidat pemimpin kota terbentuk, dan mengatakan mereka akan mengirimkan laporan ke Beijing tentang situasi dan tuntutan pengunjuk rasa.
Setelah pertemuan, mahasiswa yang kecewa mengatakan mereka belum memutuskan untuk melakukan pembicaraan lagi.
"Sangat jelas mengapa banyak orang masih tinggal di sini malam ini," kata pemimpin mahasiswa Yvonne Leung kepada ribuan demonstran di lokasi protes yang dipenuhi tenda di distrik Admiralty, dekat perkantoran pemerintah.
"Ini karena kami benar-benar tidak tahu apa yang mereka bicarakan... Pemerintah tidak memberi kita balasan dan arahan konkret dalam dialog hari ini. Kami sungguh sangat kecewa tentang ini," katanya seperti dilansir kantor berita Reuters.
Penerjemah: Maryati
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014