MEA harus disikapi dengan semangat karena Indonesia juga punya keunggulan-keunggulan seperti adanya 19 produk unggulan dan potensial ekspor ke ASEAN,"
Medan (ANTARA News) - Indonesia mempunyai 19 produk unggulan dan potensial ekspor ke ASEAN, sehingga penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA seharusnya tidak terlalu dikhawatirkan, kata pejabat Kementerian Perdagangan.
"MEA harus disikapi dengan semangat karena Indonesia juga punya keunggulan-keunggulan seperti adanya 19 produk unggulan dan potensial ekspor ke ASEAN," kata Direktur Kerja Sama Bilateral Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Syamsul Bahri Siregar di Medan, Selasa.
Dia mengatakan hal itu pada acara Sosialisasi MEA yang dihadiri berbagai kalangan.
Sebanyak 19 produk unggulan tersebut, kata dia, terdiri atas sembilan yang unggul, dan 10 produk potensial.
Sembilan produk unggulan ekspor itu adalah tekstil dan produk tekstil, elektronik, karet, produk hutan, alas kaki, otomotif, udang, coklat/kakao dan kopi.
Sedangkan 10 produk potensil ekspor ke ASEAN tersebut adalah kulit dan produk kulit, peralatan dan instrumen medis, rempah-rempah, makanan olahan, essential oil, ikan dan produk ikan, produk kerajinan, perhiasan, bambu dan peralatan tulis selain kertas.
"Adanya MEA diyakini akan semakin menambah nilai pada produk unggulan/potensial Indonesia itu antara lain.pasar produk ekspor tersebut bisa semakin diperkuat khusus ke negara ASEAN,"katanya.
Produk unggulan dan potensial ekspor itu juga bisa menarik investor ke Indonesia. "Memang disadari untuk memenangkan persaingan perlu menjaga atau meningaktkan daya saing, tetapi Pemerintah yakin pengusaha akan mampu," katanya.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesian Ivan Iskandar Batubara menyebutkan pengusaha mau tidak mau harus siap menghadapi MEA pada 2015.
Namun, dia berharap agar pemerintah dewasa ini dan seterusnya mempersiapkan dan meningkatkan infrastruktur yang dinilai akan menjadi hambatan pengusaha dalam bersaing di pasar MEA.
Infrastruktur yang tidak memadai seperti krisis gas dan listrik serta ruas jalan yang rusak membuat biaya produksi produk semakin mahal. "Kalau harga produksi mahal, tentumya akan ssulit bersaing," katanya.
Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014