Senior Vice President Engineering and Operation Pertamina Salis Aprilian di Jakarta, Selasa, mengatakan impor LNG tersebut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri setelah 2020.
"Impor ini untuk memenuhi kebutuhan domestik yang terus meningkat," katanya.
Menurut dia, produksi LNG dalam negeri tidak akan mencukupi kebutuhan dalam beberapa tahun mendatang.
Perhitungan Pertamina, lanjutnya, konsumsi domestik meningkat lima persen per tahun, sementara produksi gas cenderung stagnan dan bahkan menurun.
Ia menambahkan LNG domestik sudah mempunyai kontrak ekspor berjangka panjang.
Namun, Salis mengaku tidak ingat volume impor LNG dari negara tersebut.
Hanya saja, lanjutnya, ditambah impor LNG dari negara yang berdekatan dengan Mozambik, maka total volumenya menjadi 1,5 juta ton per tahun.
"Dengan tambahan 1,5 juta ton ini, kami sudah memastikan kebutuhan tiga juta ton per tahun setelah 2020," ujarnya.
Sebelumnya, Pertamina sudah menandatangani kesepakatan impor LNG sebesar 1,52 juta ton per tahun selama 20 tahun mulai 2018-2019 dari Cheniere Energy Inc, AS.
Penandatanganan impor tersebut dilakukan dalam dua tahap yakni 4 Desember 2013 dan 1 Juli 2014 masing-masing dengan volume 0,76 juta ton per tahun.
LNG akan dikirimkan dengan menggunakan tanker milik Pertamina.
Impor LNG tersebut direncanakan memasok kebutuhan lima terminal Pertamina di dalam negeri.
Yakni, tiga unit penampungan dan regasifikasi terapung (floating storage and regasification unit/FSRU) yang berlokasi di perairan Jakarta, Cilamaya, dan Cilacap. Serta dua fasilitas darat yakni Arun, Aceh dan Bojanegara, Banten.
Data Pertamina, pada 2014, konsumsi gas domestik mencapai sekitar 3.000 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan akan meningkat menjadi 8.000 MMSCFD dalam 10 tahun ke depan.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014