Meski pabrik sudah menutup pembelian tembakau tetap ada pembeli tembakau yaitu pedagang

Bojonegoro (ANTARA News) - Dinas Perhutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan sejumlah pabrik rokok menghentikan pembelian tembakau, karena panen tanaman tembakau Virginia Voor Oogst (VO) dan Jawa, yang merupakan tanaman Juni ternyata sudah habis.

"Panen tembakau Virginia VO dan Jawa yang ditanam petani Juni sudah habis, sehingga pabrik rokok sudah menutup pembelian tembakau sejak beberapa waktu lalu," kata Kepala Bidang Usaha Perkebunan Dinas Perhutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Bojonegoro Khoirul Insan, di Bojonegoro, Selasa.

Meski demikian, katanya, panen tanaman tembakau Virginia VO dan Jawa di daerahnya saat ini masih berlangsung, karena masih ada tanaman tembakau yang ditanam Juli.

"Meski pabrik sudah menutup pembelian tembakau tetap ada pembeli tembakau yaitu pedagang," jelasnya.

Sesuai data di Dishutbun, dari tanaman tembakau seluas 6.039 hektare, yang merupakan tanaman tembakau Virginia VO seluas 4.863,5 hektare, dengan rincian tanaman Mei-Juni seluas 2.114 hektare dan Juli 2.749,5 hektare.

Sementara itu, lanjutnya, areal tanaman tembakau Jawa tertanam seluas 2.076,2 hektare, dengan rincian tanaman Mei-Juni 1,486,7 hektare dan Juli 589,5 hektare.

"Kami tidak merekomendasikan penanaman tembakau Juli, dengan pertimbangan kalau panen bisa terganggu hujan, sehingga bisa menurunkan kualitas," tandasnya.

Ia menyebutkan harga tembakau panenan tahun untuk kualitas terbaik berkisar Rp21.000-Rp30.000/kilogram, dan petikan bawah berkisar Rp8.000-Rp14.000/kilogram.

"Harga tembakau tahun ini cukup bagus," ucapnya.

Sesuai pemantauan yang dilakukan, menurut dia, di sejumlah gudang pembelian masih ada tembakau yang dimasukkan pedagang ke gudang pembelian ditolak, karena kualitasnya tidak sesuai.

"Tembakau yang ditolak tersebut tersebut merupakan campuran antara tembakau kualitas bawah dengan atas," ucapnya.

Oleh karena itu, ia mengimbau para pedagang juga petani di daerahnya menjaga dan berusaha meningkatkan kualitas tembakau.

"Tahun 2015 sudah masuk pasar bebas, sehingga persaingan dalam jual beli tembakau dengan negara lain akan semakin ketat," katanya, menegaskan.

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014