"Bicara advokasi bukan semata-mata aksi demo di jalan, akan tetapi juga mampu melakukan kampanye, pendampingan, penyadaran, mendorong adanya peraturan-peraturan daerah berkaitan dengan hutan, kebun, dan lingkungan"
Bandarlampung (ANTARA News) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Daerah Lampung tidak berhenti melakukan kaderisasi untuk mencetak kader gerakan lingkungan hidup untuk melestarikan bumi, antara lain melalui pendidikan konservasi alam .
Direktur Eksekutif Walhi Lampung, Bejoe Dewangga, di Bandarlampung, Senin, mengatakan pendidikan konservasi alam (PKA) tersebut telah dilakukan untuk ketiga kalinya. Tahun ini diikuti oleh 20 orang yang terdiri atas mahasiswa, anggota, maupun pengurus Walhi. Kegiatan itu telah dilakukan selama dua hari (18-19 Oktober).
"Peserta diharapkan dapat memahami semuan materi sehingga dapat menunjang gerakan lingkungan untuk advokasi lingkungan yang efektif," ujar Bejoe.
Adapun materi pelatihan antara lain pengenalan gerakan-gerakan Walhi Lampung, instrumen hukum-hukum lingkungan yang disampaikan oleh Chandra Mulyawan dari LBH Bandarlampung, keorganisasian rakyat oleh Iqbal Panji Putra dari Walhi Institute, dokumentasi dan penulisan hasil investigasi oleh Redaktur LKBN Antara Lampung Budisantoso Budiman, pengenalan pemetaan dan GPS oleh Hermansyah Kepala Departemen (Kadep) Advokasi Walhi Lampung.
Bejoe mengatakan tanpa adanya kader sebagai penggerak lingkungan akan sulit untuk melakukan gerakan peduli lingkungan dari segala lini, baik itu oleh masyarakat maupun mahasiswa.
"Bicara advokasi bukan semata-mata aksi demo di jalan, akan tetapi juga mampu melakukan kampanye, pendampingan, penyadaran, mendorong adanya peraturan-peraturan daerah berkaitan dengan hutan, kebun, dan lingkungan," katanya.
Peserta selama satu hari menerima materi dalam ruangan, dan satu hari kemudian mereka mempraktikan materi yang telah diterima dengan mengambil titik-titik koordinat dan analisis dampak sosial persoalan bukit-bukit yang ada di Kota Bandarlampung, sehingga mereka bisa memahami permasalahan dalam pengelolaan bukit selama ini.
Bejoe menjelaskan para peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk melakukan praktik tersebut. Kelompok pertama di wilayah Bukit Camang dan Bukit Kunyit. Wilayah dua meliputi Bukit Sulah dan Sukamenanti serta Bukit Banten. Kemudian wilayah tiga meliputi Bukit Mastur dan Bukit Sukabumi.
Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2014