Jakarta (ANTARA News) - TNI Angkatan Udara (AU) akan mengkaji ulang pembelian pesawat jet tempur latih L-159 dari Ceko, setelah manajemen baru "Aero Vodochody", produsen pesawat tersebut, memutuskan untuk tidak lagi memproduksi jenis pesawat itu.
"Kami akan cek ulang. Kalau pihak Aero memutuskan demikian..ya kita batal untuk membeli pesawat itu," kata Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Herman Prayitno, kepada ANTARA News, di sela-sela pemberangkatan tim aju Pasukan TNI Operasi Pemelihara Perdamaian (OPP) Lebanon di Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Provinsi Banten, Rabu.
Markas Besar (Mabes) TNI AU tengah mengevaluasi dan mengkaji penggantian empat jenis pesawat tempur yang dimilikinya, yakni OV-10 Bronco, Hawk MK-53, F-5 Tiger dan F-16 Fighting Falcon.
"Saat ini, kami mengevaluasi dan mengkaji untuk mencari pengganti beberapa pesawat tempur seperti Hawk MK-53, OV-10 Bronco dan F-5 Tiger. Tim sudah bekerja dan pekan depan akan dibahas," ujar Herman.
Pesawat MK-53 adalah pesawat serba guna, dan TNI AU sekarang memiliki dua skuadron pesawat Hawk 100/200 buatan Inggris yang lebih maju teknologinya. Pesawat OV-Bronco adalah pesawat tempur pendukung serang darat buatan AS, sedang F-5 Tiger juga buatan AS.
Untuk mengganti pesawat latih tempur MK-53, TNI AU melirik pesawat latih- tempur buatan Ceko L-159.
Namun, pihak manajemen baru "Aero Vodochody" yakni "Oakfield" salah satu perusahaan grup Penta Invesment, memutuskan untuk tidak lagi memproduksi pesawat latih tempur L-159.
Meski begitu, pihak manajemen baru menambahkan, jika Aero mampu meyakinkan bahwa ada kebutuhan terhadap pesawat jenis itu, maka produksinya akan dilanjutkan.
"Kami akan cek kembali, tentang keputusan tersebut. Toh kita juga baru penjajakan. Tetapi itu berarti kita harus cari alternatif jenis lain untuk menggantikan MK-53," kata Herman.
Selain L-159, kata Kasau, Indonesia tengah mengkaji sejumlah pesawat tempur sebagai pengganti MK-53 itu, di antaranya adalah K-01 dari Korea Selatan dan K-8 dari Cina.
Semua itu, masih dikaji mana yang sesuai dengan program pengembangan kekuatan (Probangkuat) TNI AU hingga 2014 dan disesuaikan dengan kemampuan anggaran negara.
"Sampai sekarang, kita belum menentukan dari negara mana dan jenis apa yang akan kita pilih untuk mengganti pesawat-pesawat tempur kita yang telah memasuki usia lama," kata Herman.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006