Senboku (ANTARA News) - Komagatake merupakan gunung tertinggi di Kota Semboku, Akita Prefektur, Jepang.


Gunung berapi Komagatake ini mirip dengan Gunung Bromo di Jawa Timur dan sama-sama jadi objek wisata.

Untuk naik ke Gunung Komagatake, pengunjung bisa menggunakan bus umum maupun kendaraan pribadi.


Lokasi dan jalan yang bagus sengaja dibangun pemerintah Jepang agar objek wisata ini mudah dikunjungi wisatawan.

Pemandu wisata Tosiaki Sugawara mengatakan setiap satu jam akan ada bus khusus yang naik ke stasiun perhentian terakhir Komagatake.


Sesampainya di stasiun tersebut, bagi pengunjung yang hendak meneruskan pendakiannya ke puncak Komagatake, bisa melanjutkannya dengan berjalan kaki.

Komagatake merupakan gunung yang memiliki ketinggian 2.956 mdpl, sebagian besar terdiri dari batuan granit dan salah satu objek wisata yang tidak dikenakan biaya masuk.

Ketika sampai di stasiun terakhir Komagatake atau yang sering disebut "8th station", terdapat sebuah bangunan rumah yang merupakan tempat penjualan souvenir dan restoran juga perlengkapan mendaki.


Biasanya wisatawan akan membeli souvenir berbentuk burung hantu, kelinci maupun rubah yang terkenal sebagai hewan yang sering ditemui di Komagatake.

Harga souvenirnya beragam mulai dari 400-500 yen atau sekitar Rp40 ribu - Rp50 ribu untuk gantungan kunci.


Souvenir berupa baju atau kaos biasanya dijual dengan harga 1200-1500 yen atau sekitar Rp120 ribu - Rp150 ribu saja.

Jangan lupa untuk mengenakan jaket atau pakaian yang tebal, karena suhu di Gunung Komagatake ini bisa mencapai minus nol derajat celcius.

Sebelum naik ke puncak Komagatake, biasanya wisatawan akan menemui sebuah mata air. Untuk bekal selama perjalanan mendaki, wisatawan biasanya mengambil air dari mata air tersebut.

Sejak pukul 08.00 pagi, stasiun delapan di Gunung Komagatake sudah dipenuhi dengan wisatawan yang hanya ingin berfoto dan menikmati pemandangan alam di sekitar rumah perhentian, maupun wisatawan yang hendak melakukan pendakian ke puncak Komagatake.

Sepanjang perjalanan yang dengan jalan yang berliku menuju stasiun delapan tersebut, wisatawan dihibur dengan pemandangan pepohonan yang daunnya berwarna merah.


Bagi orang Jepang, pepohonan berdaun merah ini disebut "koyo". Biasanya daun pohon ini berubah menjadi merah ketika musim dingin akan tiba.

"Ketika memasuki bulan Oktober maka daun pohon akan berubah warna menjadi merah, lalu busuk, kering dan akhirnya rontok dari batangnya, memerahnya dedaunan ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke Komagatake," ujar Sugawara.

Keindahan Komagatake juga diakui salah seorang wisatawan dari Indonesia, Mellysa Widyastuti. Menurut dia, serasa berkunjung ke Gunung Bromo ketika mendaki Gunung Komagatake.

"Gunungnya sama dengan Bromo, indah dan mudah untuk didaki karena permukaannya yang lanskap, bangga Indonesia punya keindahan alam yang sama dengan Jepang," katanya.

Tazawa Bonus Komagatake
Dari ketinggian Gunung Komagatake, wisatawan dapat menikmati juga indahnya Danau Tazawa yang berwarna kemerah-merahan karena kontras yang diciptakan pepohonan berwarna hijau gelap dan warna biru langit.

Danau Tazawa adalah danau kaldera di Semboku, Prefektur Akita, Utara Jepang. Danau ini adalah danau terdalam di Jepang dengan kedalaman maksimum 423,4 meter.


Kedalaman danau menyebabkan permukaan air danau tidak pernah membeku di musim dingin.

"Danau Tazawa memiliki pantai dan pasir layaknya lautan, kadang gelombang yang ada di danau ini membuat wisatawan takjub karena serasa berada di pantai lepas," kata Sugawara.

Banyak wisatawan yang mengenalnya sebagai danau misterius karena legenda yang mengikatnya.


Di pinggir sebelah utara danau terdapat Kuil Gozanoishi, dan di pinggir sebelah barat di Takajiri terdapat patung Tatsuko berwarna emas karya Yasutake Funakoshi.


Menurut legenda, Putri Tatsuko adalah seorang gadis yang berubah menjadi naga setelah mendambakan kecantikan abadi.

Oleh Hendrina Dian Kandipi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014