Grobogan (ANTARA News) - PT KAI Daop IV menyambut baik investor asal Malaysia yang siap menanamkan dananya untuk proyek lima jalur kereta api (KA) di Jawa Tengah. "Kami menyambut positif dan ini merupakan angin segar yang bisa meningkatkan bisnis di bidang transportasi kereta api. Pihak PT KAI Daop IV sifatnya menunggu saja," kata Kepala Humas PT KAI Daop IV, Suprapto, ketika dihubungi, di Semarang, Rabu. "Semua bentuk kerjasama dengan investor asal Malaysia ini ditangani sepenuhnya oleh Dinas Perhubungan, sehingga kapan mulai pembukaan jalur KA tersebut, kami hanya menunggu," katanya. Menurut dia, PT KAI Daop IV harus memperoleh keuntungan dalam berbisnis ini, mengingat jalur-jalur yang akan dibuka itu juga merupakan jalur KA yang memiliki potensi. Khusus jalur KA Semarang-Demak-Kudus hingga saat ini sudah "mati", karena relnya sudah banyak yang hilang dan ada yang terpendam tanah. Ke lima jalur Kereta Api yang ditawarkan dan disepakati itu adalah jalur Semarang-Demak-Kudus (50 km), Gundih (Grobogan)-Semarang-Weleri (Kendal), Semarang-Solo-Yogyakarta, Tegal-Purwokerto dan Purwokerto-Yogyakarta. "Hanya yang perlu dipikirkan yakni khusus untuk jalur KA Gundih-Semarang-Kendal adalah jenis rel yang saat ini terpasang, karena jalur ini masih ada terpasang rel jenis tipe R33 yang hanya memiliki kecapatan maksimum 30 km per jam," katanya. Rel tipe R33 ini masih terpasang di jalur antara Stasiun Brumbung Mranggen sampai di Stasiun Kewdungjati sepanjang 22 kilometer, idealnya harus diganti rel tipe R-45 yang memiliki kapasitas kecepatan KA maksimum bisa 70 km per jam. Dengan demikian, menurut dia, harus diterapkan seperti KA yang memiliki jurusan Solo-Yogyakarta (60 km) hanya ditempuh sekitar 55 menit, sehingga akan diminati penumpang karena dengan jarak pendek juga bisa ditempuh dengan waktu yang pendek pula. Ia memberi contoh, jalur KA Semarang-Gundih-Solo dengan KA Pandangwangi ini masih terhitung lama dalam jarak tempuhnya, karena jarak sepanjang 100 km masih ditempuh sekitar empat hingga lima jam perjalanan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006