Cilacap (ANTARA News) - Luas kawasan Segara Anakan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dari tahun ke tahun kian menyusut akibat pendangkalan atau sedimentasi lumpur yang dibawa Sungai Palindukan, Cikonde, Cianduy, serta sungai lainnya yang bermuara di laguna tersebut. Kepala Badan Pengelola Kawasan Segara Anakan (BPKSA) Djumadi di Cilacap, Selasa, menyebutkan, pada tahun 1903 luas kawasan segara anakan tercatat 6.450 hektare (ha), tahun 1992 menjadi 1.800 ha, dan tahun 2001 menyusut menjadi 1.200 ha, dan Maret 2006 hanya tersisa tidak lebih dari 834 ha. "Endapan lumpur yang dibawa beberapa sungai yang bermuara di Segara Anakan tiap tahun kurang lebih 6,5 juta meter kubik. Sehingga meskipun telah dilakukan pengerukan secara periodik, kontribusi lumpur dari sejumlah sungai itu mengakibatkan luas laguna kian menyempit," ujarnya. Selain mengakibatkan semakin menciutkan laguna Segara Anakan, sedimentasi itu secara langsung juga menyebabkan kerusakan ekosistem flora dan fauna yang hidup di kawasan tersebut. Bahkan akibat terjadinya agradasi (peninggian dasar sungai) beberapa daerah di hilir sungai di wilayah Cilacap, seperti Kecamatan Sidareja, Patimuan, dan Kawunganten terancam terjadi banjir, terutama saat musim hujan. Ia menambahkan, selain penyempitan laguna Segara Anakan akibat sedimentasi, kondisi hutan mangrove di kawasan itu juga memerlukan perhatian yang lebih serius, terkait semakin maraknya praktik penebangan liar yang kian meresahkan masyarakat sekitar laguna Segara Anakan. Hingga sekarang kondisi hutan mangrove di kawasan Segara Anakan seluas lebih kurang 8.000 hektare itu masuk kategori rusak. Tingkat kerusakannya belum terlalu parah karena kesadaran penduduk Kampung Laut punya andil besar dalam melestarikannya. "Namun aksi penebangan liar yang dilakukan oleh masyarakat dari luar Kampung Laut selama ini sulit dikendalikan, terutanma di wilayah Ujunggagak dan Ujungalang mengakibatkan hutan mangrove menjadi rusak dan berdampak pada kelestarian fauna yang hidup di kawasan hutan mangrove," ujarnya. Untuk mempertahankan kelestarian hutan mangrove dari aksi penebangan liar, BPKSA membentuk tim pengawas yang bertugas menjaga keamanan hutan dari tangan-tangan tidak bertanggung jawab itu. Selain dari unsur BPKSA dan beberapa personel Satpol PP setempat, tim tersebut juga melibatkan masyarakat Kampung Laut.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006