Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan membicarakan masalah pembangunan sistem peringatan dini Tsunami dengan Presiden Amerika Serikat George Walker Bush pada saat kedatangannya di Indonesia November ini. Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) Kusmayanto Kadiman sebelum rapat di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu mengatakan, rencana pembicaraan soal pembangunan sistem peringatan dini dengan presiden Bush itu antara lain menyangkut rencana pembelian dua "boil" pendeteksi gelombang Tsunami yang akan ditempatkan di laut sekitar Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. "Yang di sepanjang laut Sumatera akan diberi Pemerintah Jerman, sedangkan di Jawa pemerintah sendiri dan untuk NTB dan NTT dari Pemerintah AS," katanya. Kusmayanto menjelaskan "boil" produk AS ini mempunyai desain yang paling bagus dibandingkan negara lain karena tidak bisa disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Namun Kusmayanto tidak menyebutkan harga "boil" tersebut karena produk ini tidak ada di pasaran. Selain pembelian "boil", lanjutnya, kedua pemimpin juga akan membahas kerjasama komunikasi antarsistem peringatan dini Tsunami yang ada di Jepang, Indonesia dan AS. Dengan adanya integrasi pusat-pusat "Tsunami warning system" (sistim peringatan Tsunami) di Pasifik Jepang dan Indonesia, Indonesia bisa mengetahui Tsunami yang terjadi di mana pun, katanya Sementara itu, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Paskah Suzetta di tempat yang sama mengatakan, terkait kedatangan Presiden Bush, Pemerintah AS melalui proyek Millenium Challenge Corporation (MCC) akan memberikan hibah sebesar 55 juta dolar AS untuk program imunisasi dan reformasi hukum. "Itu salah satu program terkait kunjungan Bush, meski nanti bukan Bush yang menandatangani perjanjiannya di kantor Bappenas," kata Paskah. Selain itu, agenda RI dalam pertemuan bilateral Presiden Yudhoyono dengan Presiden Bush juga menyangkut masalah investasi, pendidikan, energi terbarukan, kesehatan, dan teknologi informasi.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006