Kuala Lumpur (ANTARA News) - Pengamat politik, Abdul Razak Baginda, yang punya hubungan dekat dengan para politisi senior, ditahan untuk penyelidikan polisi dalam kasus penculikan dan pembunuhan model asal Mongolia. "Saya sedikit berwawancara dengan Abdul Razak Baginda pagi ini di pengadilan dan saya mendapatkan pengakuan bahwa dia tidak mungkin terlibat dalam penculikan maupun pembunuhan," kata pengacaranya, Shafie Abdullah kepada AFP, Rabu. Abdullah mengatakan kliennya diselidiki untuk kasus penculikan dan pembunuhan dan menjalani lima hari penahanan hingga Minggu. "Dia mengaku tidak bersalah," kata Abdullah lalu mengatakan kliennya dijemput petugas pada Selasa. Abdul Razak adalah direktur eksekutif "Malaysian Strategic Research Centre", suatu lembaga pemikir terpandang di Malaysia dan secara berkala memberi komentar untuk partai berkuasa, UMNO. Menurut pengacaranya, Abdul Razak memang kenal perempuan Mongolia yang bernama Altantuya Shaariibu (28), model yang mendapatkan pelatihan di Perancis. Kantor berita Bernama mengemukakan perempuan tersebut diperkirakan telah dibunuh dan jasadnya diledakkan dengan bahan peledak. Tiga anggota kepolisian Malaysia yang diduga terlibat pembunuhan tersebut, juga dihadapkan ke pengadilan pada Rabu, namun tidak ada keterangan lebih rinci mengenai hal itu. Hubungan asmara antara Abdul Razak dan Shaariibu menjadikan perempuan tersebut tahun ini hamil. Pengacara Abdul Razak mengemukakan kliennya mengenal satu dari tiga polisi yang ditahan. Harian Star pada Selasa memberitakan kepolisian Malaysia menemukan tulang belulang korban, yang ditembak lalu jasadnya diledakkan hingga menjadi serpihan-serpihan di bendungan sungai Subang, barat Kuala Lumpur. Star memberitakan, Altantuya datang ke Malaysia pada 6 Oktober dengan dua perempuan yaitu saudara kandung dan sepupu untuk mencari suaminya yang seorang "pengamat politik." Pada 19 Oktober, korban mendapat panggilan telepon untuk bertemu dengan orang yang dia cari di kediaman orang tersebut. Star memberitakan, saat korban tiba di rumah tersebut, beberapa laki-laki meringkusnya dan mendorongnya masuk ke mobil. Saudara dan sepupu korban yang pada 19 Oktober terakhir kali mengetahui keberadaan Altantuuya kemudian melapor ke polisi. Inspektur Jenderal Polisi Musa Hassan mengemukakan tidak akan ada yang ditutup-tutupi dalam kasus tersebut. "Siapapun yang terlibat akan dihadapkan ke pengadilan tanpa melihat ketokohannya. Saya akan mencari tahun bagaimana dan siapa yang bertanggungjawab dalam penggunaan bahan peledak untuk pembunuhan itu," kata Hassan.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006