Washington (ANTARA News) - Departemen Keuangan AS mengatakan Rabu bahwa Tiongkok tidak memanipulasi mata uangnya, tetapi mendorong Beijing untuk berbuat lebih banyak fokus pada permintaan domestik -- bukan ekspor -- guna mendorong pertumbuhan ekonominya.
Dalam laporan dua kali setahun kepada Kongres, yang akan menetapkan sanksi pada setiap negara yang secara resmi dicap sebagai "manipulator," Departemen Keuangan mengatakan yuan atau renminbi (RMB), telah "pulih sebagian" dari penurunan tajam di awal tahun dan menguat 1,9 persen sejak akhir April.
Namun, yuan tetap "undervalued secara signifikan," kata Departemen Keuangan, mengulangi deskripsi yang telah lama digunakan dalam menekan Tiongkok untuk membiarkan mata uangnya bergerak ke arah nilai tukar yang ditentukan pasar.
Departemen Keuangan telah secara konsisten memutuskan untuk tidak mencap Tiongkok sebagai manipulator mata uang, yang dapat menyebabkan Kongres menjatuhkan sanksi terhadap ekonomi terbesar kedua dunia itu dan pemegang utama surat utang negara AS.
Namun pemerintah Presiden Barack Obama, anggota parlemen dan produsen telah lama mengeritik Tiongkok, menuduh negara itu sengaja membuat yuan undervalued (di bawah nilai sebenarnya) untuk mendukung ekspor murah, mendapatkan keuntungan perdagangan tidak adil yang telah menggelembung defisit perdagangan AS.
"Di Tiongkok, apresiasi bertahap RMB musim panas ini dan tingkat intervensi rendah jelas menunjukkan beberapa kesediaan terbaru oleh pihak berwenang untuk memungkinkan mata uang domestik lebih kuat dan mengurangi intervensi sejalan dengan komitmen-komitmen Dialog Strategis & Ekonomi," kata Departemen Keuangan dalam sebuah pernyataan seperti dikutip AFP.
"Meski begitu, metrik-metrik penting terus menunjukkan bahwa nilai tukar RMB tetap signifikan undervalued, menyoroti kebutuhan untuk kemajuan berkelanjutan ke arah nilai tukar yang ditentukan pasar."
(Uu.A026/S004)
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014