Beit Hanun, Jalur Gaza (ANTARA News) - Tentara Israel meninggalkan Beit Hanun Selasa ketika delapan orang tewas di tempat lainnya di Gaza, yang menambah menjadi lebih dari 60 korban tewas Palestina di wilayah yang terkepung itu dalam sepekan terakhir. Tentara Israel berangkat semalam dari sebuah kota yang militer tuduh menjadi tempat peluncuran serangan roket terhadap Israel itu, memposisikan kembali di tempat lainnya di Jalur Gaza utara dan meninggalkan tempat yang hancur itu. "Kami telah menarik pasukan kami dari Beit Hanun setelah menyelesaikan misi kami," seorang jurubicara militer memastikan setelah fajar. Jalanan tercungkil keluar. Sejumlah rumah, dua masjid dan satu sekolah hancur. Kota tua bersejarah itu ditandai dengan lubang peluru dan granat, tiang listrik tercerabut dari tanah dan kotoran muntah di jalanan. Sejumlah warga memilih jalan mereka melewati puing itu berduka atas "syuhada" mereka, mata merah kelelahan, penuh dengan kebencian dan air mata. Militer Israel mengatakan tentara telah menyita sejumlah besar persenjataan, termasuk peluncur roket, peluncur rudal anti-tank dan granat. Puluhan warga Palestina yang diduga terlibat teror juga diambil untuk ditanyai. Di Gaza pada pembicaraan penting dengan kabinet pimpinan-Hamas mengenai pembentukan pemerintah persatuan, presiden Palestina Mahmud Abbas mengutuk serangan Israel itu, menyerang bahwa korban Palestina tidak memiliki jaminan dari keamanan mereka. "Israel mengumumkan bahwa mereka telah meninggalkan Beit Hanun dan kami kira mereka telah selesai, tapi sayang mereka telah memulai lagi," katanya. "Ini membuktikan Israel telah memutuskan untuk meneruskan agresinya tidak hanya di Beit Hanun tapi di seluruh Jalur Gaza." Lima gerilyawan dan satu wanita termasuk di antara delapan warga Palestina yang tewas Selasa dalam serangkaian insiden yang mana Isrel telah melepaskan tembakan. Dua dari gerilyawan itu dari Jihad Islam, satu dari sayap militer Hamas dan dua dari Brigade Syuhada Al-Aqsa. Seorang wanita, Nahla Shanti, dan Abdel Majid Ghirbawi tewas ketika satu tembakan menghantam rumah anggota parlemen Hamas Jamileh al-Shanti tempat kedua orang tersebut tinggal. Tentara mengatakan mereka balas menembak setelah gerilyawan menembakkan dua granat berpeluncur-roket pada pasukannya di daerah itu. Seorang jurubicara militer Israel megatakan pasukan "telah mengenali 10 pria bersenjata yang terkena" setelah enam insiden yang mana sejumlah orang bersenjata mendekati tentara atau tentara diserang di Gaza utara dan juga satu serangan udara di sebuah sel gerilyawan. Pendudukan kembali Beit Hanun selama enam hari itu gagal menghentikan tembakan roket, dengan sekitar 40 roket menghantam Israel sejak dimulainya Operasi Mega Musim Gugur. Gerilyawan Gaza telah melakukan serangan roket terdalam mereka ke Israel dalam beberapa bulan terakhir Selasa, ketika empat proyektil menghantam kota Ashkelon, yang tidak menimbulkan kerusakan, setelah tentara dengan gaduh keluar dari Beit Hanun. Sebuah roket lainnya jatuh lebih k selatan lagi. Serangan terakhir Israel itu, menyusul empat bulan aktivitas militer di Gaza yang mana lebih dari 300 warga Palestina tewas sejak satu tentara diculik akhir Juni, dikutuk oleh masyarakat internasional. Para pejabat Israel telah berulang kali berjanji bahwa mereka tidak punya maksud untuk menduduki kembali secara tetap Gaza, dari mana negara Yahudi itu menarik tentara dan pemukimnya tahun lalu setelah 38 tahun mendudukinya. Semuanya, 64 warga Palestina tewas di Gaza dalam sepekan terakhir, termasuk lebih dari 50 (warga Palestina) dan satu tentara Israel yang tewas selama operasi Autumn Clouds. Abbas telah berusaha sia-sia selama berbulan-bulan untuk membujuk kelompok Islam itu menyetujui platform moderat yang dapat diterima masyarakat internasional agar mencabut pemboikotan ekonomi dan politik yang menghancurkan wilayah Palestina. Di Damaskus, Menlu Suriah Walid al-Moallem menyampaikan dukungan pada pemerintah persatuan Palestina setelah pembicaraan dengan Khaled Meshaal, pemimpin garis keras Hamas di pengasingan, lapor kantor berita resmi Sana, AFP melaporkan.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006